Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak Beberkan 4K, Kunci Stabilkan Inflasi Produk Petani
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Emil Dardak menyatakan optimisme inflasi Jatim bisa dijaga saat jadi pemateri " Capacity Building TPID"
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, KLOJEN - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Emil Dardak menyatakan optimisme inflasi Jatim bisa dijaga.
Dia menyebutkan kunci 4 K, yaitu Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi dan Komunikasi efektif.
"4K ini dijalankan Pemprov Jatim dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) dan elemen-elemen pendukungnya," jelas Emil pada wartawan.
Dia jadi pemateri " Capacity Building TPID" se Wilker Kantor Bank Indonesia Malang di Hotel Aria Gajayana, Senin (4/3/2019).
(Wagub Jatim Emil Dardak Kunjungi SMAN 8 Kota Malang, Kepala Sekolah Curhat Soal Lahan Pinjaman UM)
(Emil Elestianto Dardak Berencana Garap Program Technopark Dream Team Hadapi Revolusi Industri 4.0)
Sehingga angka inflasi tak melebihi target.
"Yang penting komunikasi itu harus terbuka sehingga situasi bisa dikendalikan," kata dia. Ini juga harus terjadi pada para anggota TPID.
Ia mengajak para peserta berfikir tak hanya sekedar angka-angka, namun bisa mendorong serapan. Sebab nuansa dibalik angka-angka banyak.
"Misalkan jagung selalu surplus. (Jagung jadi) Serapan terbesar untuk peternakan, karena masyarakat makan nasi. Untuk itu perlu mengoneksi provinsi lain agar menyerap surplus itu," kata dia.
Menurutnya, seharusnya petani jagung yang ada harus sudah terkoneksi dengan peternak mana.
Namun kadang produk petani sudah diborong pemodal besar. Hal sama juga terjadi pada beras.
Produk beras petani tidak terserap dengan baik, sehingga harga beli rendah. Efeknya petani lebih memilih jual berasnya pada yang mau membeli dengan harga tinggi.
Antar petani juga kurang komunikasi. Sehingga antar daerah sama-sama produknya over. Dampaknya pada jatuhnya harga.
Satu penyumbang inflasi di Jawa Timur masih produk Cabe dan Bawang Merah. Hal ini karena kendala musim.
Namun ia melihat sisi menarik ketika produk cabe dalam kondisi mahal, produsen makanan jadi melakukan promo sambal jadi.
Ternyata cabe itu dibeli produsen saat harga murah, yakni saat produksi cabe melimpah.