Duta Seni Kota Mojokerto Tampilkan ’Spirit of Mojopahit’ di TMII Jakarta
Kisi-kisi pasar inilah yang dieksplorarsi seniman belia, para pelajar SMP Negeri 1 Kota Mojokerto, dengan menampilkan cerita “Sarbong” (Pasar Kobong).
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Pasar menandai ceruk kehidupan. Institusi sentral yang menggerakkan, mengatur, dan mengubah kehidupan masyarakat.
Tempat bertemunya berbagai karakter manusia. Tempat berputarnya uang, dan berbagai macam kebutuhan hidup.
Berbagai macam cerita tak jarang bermula dari pasar.
Seperti pandangan lama, “Mbok bakul sinambi wara” (Para pedagang membawa berbagai macam berita dan cerita).
Kisi-kisi pasar inilah yang dieksplorarsi seniman belia, para pelajar SMP Negeri 1 Kota Mojokerto, dengan menampilkan cerita “Sarbong” (Pasar Kobong).
Terinspirasi dari peristiwa terbakarnya Pasar Sentra PKL (Pedagang Kali Lima), di Benteng Pancasila, Balongsari, Mojokerto, tahun 2017 lalu.
Seni drama tari dan musik (Sendratasik) ini memukau penonton di pergelaran ‘Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur’, yang berlangsung di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (10/03/2019).
• DPRD Jatim Pertanyakan Realisasi Tunjangan untuk GTT/PTT di Jatim
• Anugerah Duta Seni Budaya Jatim, Topeng Dalang Sumenep Mampu ‘Bergaul’ Dengan Publik Millenial
Eloknya, bencana itu justru memberi hikmah; pelajaran. Semangat dan harapan baru.
“Mendorong kreativitas yang inovatif dalam berkarya di Mojokerto. Membawa ’Spirit of Mojopahit’. Kecerdasan yang melimpah memancing imajinasi, bagaimana kekuatan ‘Sumpah Amukti Palapa’ menjadi titik penyemangat untuk memandu tindakan bersama membangun sinerji saling menguatkan,” tegas Walikota Mojokerto, Hj. Ika Puspitasari, SE, yang ikut menyaksikan pertunjukan ini.
Pasar, kata Ika Puspitasari, merupakan institusi sentral masyarakat modern.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupan masyarakat modern tanpa pasar. Oleh karena itu, peran pasar sangat strategis. “Pasar menjadi suatu sistem, yang menunjukkan bahwa masyarakat adalah bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain,” ujarnya.
Secara historis, lanjut Walikota Mojokerto ini, sentra kekuatan ekonomi (pasar) di Mojokerto dibangun melalui sungai. Hal ini terungkap dari jaringan kanal kuno yang menunjukkan konfigurasi keruangan kota Majapahit tempo dulu.
“Di Mojokerto banyak kanal-kanal sungai. Potensi inilah nanti yang akan dibangun menjadi destinasi wisata. 22 Maret 2019 nanti, bersamaan dengan peringatan Hari Air Sedunia, kita akan menyelenggarakan ‘Mojotirto Festival’. Sebuah perayaan yang berhubungan dengan air atau sungai,” terangnya.
Ada beberapa kegiatan yang akan menjadi bagian dari acara ‘Mojotirto Festival’. Semua dalam rangka melestarikan dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal, khususnya nguri-uri budoyo Mojopahit.
Semua berkaitan dengan sungai. Mulai dari acara ‘Larung 9 Mata Air’, ‘Lomba Dayung Perahu Naga’, lomba permainan air, dan beberapa festival air lainnya.