Kampung Ondomohen Genteng Surabaya Pertahankan Kebersihan Lingkungan Meskipun Minim Warga
Ondomohen identik dengan makanan Sate Kelapa khas Surabaya. Namun, di balik lokasinya di tengah perkotaan ternyata terdapat perkampungan hijau.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ondomohen identik dengan makanan Sate Kelapa khas Surabaya.
Namun, di balik lokasinya yang berada di tengah perkotaan ternyata terdapat perkampungan yang merintis penghijauan sejak 2016.
Yaitu wilayah RT 8 RW 7 Kelurahan Ketabang, Genteng.
Wilayah kampung yang hanya diisi oleh 17 KK ini mampu mempertahankan keasrian, kebersihan serta inovasi lingkungannya.
Musmulyono, kader lingkungan RT 8 mengungkapkan, warga kampungnya mengawali kegiatan lingkungan di kampungnya untuk ikut serta dalam lomba lingkungan tingkat Kota Surabaya.
• Wisata Kampung Durian Pakis Jember, Ada Wisata Petik Durian Hingga Main di Air Terjun Rengganis.
• Kampung Lalu Lintas Jambangan Surabaya, Wajibkan Warga Pakai Helm Walau Berkendara di Area Kampung
"Awalnya memang warga sudah punya tanaman di depan rumahnya. Tapi belum rapi dan belum ada pemilahan sampah," urainya, Senin (25/3/2019).
Mengawali pemilahan sampah, warga mulai mengumpulkan kas kampung dengan mendirikan bank sampah.
Hasil penjualan sampah daur ulang warga kemudian dibelikan beragam tanaman hias untuk melengkapi kampungnya.
"Memang ada warga yang sibuk kerja, tapi ada juga yang peduli. Dan meskipun hanya 17 KK kami mampu kompak bertahan sampai sekarang menjaga kebersihan," urainya.
Ia mengungkapkan, warga tak pernah lelah saling mengingatkan satu sama lain. Dan juga tak pernah menunda kerja bakti jika memang dibutuhkan.
"Mau malam pulang kerja juga bsia kerja bakti," urainya.
• Jaga Lingkungan Sehat, Kampung Jambangan Larang Warga Merokok di Dalam Rumah, Ada Tutor Sebayanya!
• Kampung Durian Si Tempur Buah Durian Andalan Warga Pasrepan Pasuruan
Keberhasilan kampung Ondomohen dalam konsistensinya menjaga lingkungan juga diapresiasi Lurah Ketabang, Sri Sunarsih.
"Tingkat kesadaran warga untuk melestarikan lingkungan di area ini memang sangat besar. Bahkan setiap tahun selalu dapat piala, dalam festival rujak uleg juga masuk nominasi 6 besar. Padahal warganya sedikit, makanya sangat kami banggakan," ungkapnya.
Kondisi kampung yang mengutamakan lingkungan ini menurut Sri sangat tergantung dengan kondisi wilayah.
Dari 11 RW yang ia pimpin, menurutnya hanya lima RW yang aktif menjaga lingkungan.
Sisanya didominasi warga sibuk dan kawasan elit.