Pro Kontra Kebijakan 'Kawasan Berstiker' Universitas Brawijaya Malang Menurut Mahasiswa
Kebijakan "Kawasan Berstiker" yang diberlakukan rektorat Universitas Brawijaya (UB) Malang menimbulkan pro kontra di kalangan mahasiswa.
Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kebijakan "Kawasan Berstiker" yang diberlakukan rektorat Universitas Brawijaya (UB) Malang menimbulkan pro kontra di kalangan mahasiswa.
Banyak yang mendukung, namun tak sedikit pula yang menolak kebijakan tersebut.
Satu yang setuju dengan kebijakan "Kawasan Berstiker" adalah Ulfa Kusuma Mufida.
Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini menilai, kebijakan yang diberlakukan oleh kampus memiliki tujuan yang baik.
• Kritisi Kebijakan Kawasan Berstiker, Ratusan Mahasiswa Universitas Brawijaya Gelar Aksi Demo
• Menjajaki Trek Menantang di Air Terjun Coban Jidor Kabupaten Malang, Surganya Para Traveler
Ulfa menuturkan, sebelumnya Universitas Brawijaya Malang sering dilewati kendaraan, baik roda dua maupun roda empat yang menyebabkan kawasan kampus menjadi padat, bahkan macet.
Tak hanya itu, Ulfa menambahkan, kawasan kampus juga pernah dimasuki angkutan umum.

"UB ini termasuk kawasan strategis untuk memangkas jalan dan menghindari kemacetan. Kalau lewat jalan umum pasti kendaraan akan terkena macet, jadi banyak yang lewat dalam UB. Karena itu kemudian kawasan kampus jadi padat dan diberlakukan kawasan berstiker," katanya saat dikonfirmasi TribunJatim.com, Senin (1/4/2019).
• Ribuan Pelajar Hadiri Upacara HUT Kota Malang ke-105 di Stadion Gajayana
• Arema FC Vs Kalteng Putra, Hamka Hamzah Minta Aremania Tak Lagi Nyanyikan Lagu Ujaran Kebencian
Mahasiswa jurusan Psikologi ini juga mengatakan, kebijakan "Kawasan Berstiker" juga diimbangi upaya kampus untuk memudahkan mahasiswa datang ke fakultasnya.
"Pihak kampus sebenarnya sudah menyediakan Tayo (bus antar fakultas dalam kampus Universitas Brawijaya) yang bisa digunakan mahasiswa untuk menuju fakultasnya apabila berjalan terlalu jauh," katanya.
Senada dengan Ulfa, mahasiswa Universitas Brawijaya lain bernama Edo mengatakan, adanya aturan "Kawasan Berstiker" juga memberi dampak positif, asal dibarengi dengan pengawasan keamanan.
"Bisa punya dampak positif asal dibarengi dengan pengawasan keamanan. Pemeriksaannya juga harus lebih diperhatikan," kata Edo yang merupakan mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya.
Hingga berita ini diunggah, Ulfa menjelaskan, Tayo yang disediakan oleh pihak Universitas Brawijaya masih beroperasi dan digunakan.
• Semifinal Piala Presiden 2019, Panpel Arema FC Cetak 35 Ribu Tiket Laga Arema FC Vs Kalteng Putra
"Sebenarnya banyak positifnya. Mungkin kalau negatifnya untuk anak yang kosnya jauh dan berangkat mepet. Nah dia kan masih harus nunggu Tayo," imbuhnya.

Diketahui, hari ini, mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam "Aliansi Mahasiswa Resah UB" menggelar demonstrasi di depan gedung rektorat untuk menuntut penjelasan terkait kebijakan "Kawasan Berstiker", Senin (1/4/2019).
Mahasiswa tersebut meneriakkan rektor untuk turun.
Koordinator lapangan aksi mahasiswa, Zafir Galang menyebut, meski sudah ada Tayo, namun hal itu dinilai masih kurang efektif, karena jam operasionalnya hanya sampai pukul 15.00 WIB.
Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com: