Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pro Kontra Kebijakan 'Kawasan Berstiker' Universitas Brawijaya Malang Menurut Mahasiswa

Kebijakan "Kawasan Berstiker" yang diberlakukan rektorat Universitas Brawijaya (UB) Malang menimbulkan pro kontra di kalangan mahasiswa.

Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Dwi Prastika
SURYA/SYLVIANITA WIDYAWATI
Universitas Brawijaya 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kebijakan "Kawasan Berstiker" yang diberlakukan rektorat Universitas Brawijaya (UB) Malang menimbulkan pro kontra di kalangan mahasiswa.

Banyak yang mendukung, namun tak sedikit pula yang menolak kebijakan tersebut.

Satu yang setuju dengan kebijakan "Kawasan Berstiker" adalah Ulfa Kusuma Mufida.

Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini menilai, kebijakan yang diberlakukan oleh kampus memiliki tujuan yang baik.

Kritisi Kebijakan Kawasan Berstiker, Ratusan Mahasiswa Universitas Brawijaya Gelar Aksi Demo

Menjajaki Trek Menantang di Air Terjun Coban Jidor Kabupaten Malang, Surganya Para Traveler

Ulfa menuturkan, sebelumnya Universitas Brawijaya Malang sering dilewati kendaraan, baik roda dua maupun roda empat yang menyebabkan kawasan kampus menjadi padat, bahkan macet.

Tak hanya itu, Ulfa menambahkan, kawasan kampus juga pernah dimasuki angkutan umum.

Ulfa Kusuma Mufida, mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang, Maret 2019.
Ulfa Kusuma Mufida, mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang, Maret 2019. (ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM)

"UB ini termasuk kawasan strategis untuk memangkas jalan dan menghindari kemacetan. Kalau lewat jalan umum pasti kendaraan akan terkena macet, jadi banyak yang lewat dalam UB. Karena itu kemudian kawasan kampus jadi padat dan diberlakukan kawasan berstiker," katanya saat dikonfirmasi TribunJatim.com, Senin (1/4/2019).

Ribuan Pelajar Hadiri Upacara HUT Kota Malang ke-105 di Stadion Gajayana

Arema FC Vs Kalteng Putra, Hamka Hamzah Minta Aremania Tak Lagi Nyanyikan Lagu Ujaran Kebencian

Mahasiswa jurusan Psikologi ini juga mengatakan, kebijakan "Kawasan Berstiker" juga diimbangi upaya kampus untuk memudahkan mahasiswa datang ke fakultasnya.

"Pihak kampus sebenarnya sudah menyediakan Tayo (bus antar fakultas dalam kampus Universitas Brawijaya) yang bisa digunakan mahasiswa untuk menuju fakultasnya apabila berjalan terlalu jauh," katanya.

Senada dengan Ulfa, mahasiswa Universitas Brawijaya lain bernama Edo mengatakan, adanya aturan "Kawasan Berstiker" juga memberi dampak positif, asal dibarengi dengan pengawasan keamanan.

"Bisa punya dampak positif asal dibarengi dengan pengawasan keamanan. Pemeriksaannya juga harus lebih diperhatikan," kata Edo yang merupakan mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya.

Hingga berita ini diunggah, Ulfa menjelaskan, Tayo yang disediakan oleh pihak Universitas Brawijaya masih beroperasi dan digunakan.

Semifinal Piala Presiden 2019, Panpel Arema FC Cetak 35 Ribu Tiket Laga Arema FC Vs Kalteng Putra

"Sebenarnya banyak positifnya. Mungkin kalau negatifnya untuk anak yang kosnya jauh dan berangkat mepet. Nah dia kan masih harus nunggu Tayo," imbuhnya.

Suasana aksi demo Aliansi Mahasiswa Resah Universitas Brawijaya (UB) terkait kebijakan kawasan berstiker di UB, Senin (1/4/2019).
Suasana aksi demo Aliansi Mahasiswa Resah Universitas Brawijaya (UB) terkait kebijakan kawasan berstiker di UB, Senin (1/4/2019). (SURYAMALANG.COM/SYLVIANITA WIDYAWATI)

Diketahui, hari ini, mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam "Aliansi Mahasiswa Resah UB" menggelar demonstrasi di depan gedung rektorat untuk menuntut penjelasan terkait kebijakan "Kawasan Berstiker", Senin (1/4/2019).

Mahasiswa tersebut meneriakkan rektor untuk turun.

Koordinator lapangan aksi mahasiswa, Zafir Galang menyebut, meski sudah ada Tayo, namun hal itu dinilai masih kurang efektif, karena jam operasionalnya hanya sampai pukul 15.00 WIB.

Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com:

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved