Perceraian Jatim Tertinggi, Khofifah Indar Parawansa: Saya Tandatangani 17 Berkas Perceraian Sehari
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berbagi masalah yang dihadapi Jawa Timur saat bertemu dengan para rektor perguruan tinggi keagamaan Islam
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Khofifah Indar Parawansa membuktikan bahwa tugas memimpin Jawa Timur bukan sebuah tugas mudah.
Khofifah mencontohkan satu masalah yang tengah dia soroti yakni perceraian.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berbagi masalah yang dihadapi Jawa Timur saat bertemu dengan para rektor perguruan tinggi keagamaan Islam di Gedung Grahadi, Selasa (9/4/2019).
Menurutnya, Jawa Timur menduduki peringkat tertinggi di Indonesia untuk angka perceraian. Yang menurutnya harus bersama-sama diatasi oleh lintas sektor.
(Khofifah Indar Parawansa Beri Santunan pada Bonek yang Wafat Jelang Final Piala Presiden 2019)
(Khofifah Indar Parawansa Gandeng 63 Kampus Islam Demi Kuliahkan 1600 Guru Madin Jatim)
"Jawa Timur ini tertingginya banyak, perceraian tertinggi, pernikahan dini usia juga tertinggi, lalu gini rasio juga," kata Khofifah.
Bahkan, di kesempatan itu Khofifah menceritakan, dalam sehari ia harus menandatangani 17 berkas perceraian ASN Pemprov Jawa Timur.
Hal itu sempat membuatnya pusing saat rapat terbatas bersama jajaran pejabat pemprov.
"Mungkin saat itu jajaran OPD barang kali ada yang sadar, saya sampai sedih. Sehari itu saya harus tanda tangani 17 berkas cerai. Dari data itu 12 di antaranya guru, 4 dari rumah sakit, untungnya yang dari pemprov hanya 1," kata Khofifah.
Begitu juga dengan nikah dini usia yang Jatim juga menduduki posisi teratas di Indonesia.
Menurut Khofifah hal ini juga harus menjadi perhatian juga oleh perguruan tinggi kegamaan Islam. Agar turut memberikan penguatan di masyarakat.
(Perceraian Chin Chin Inkracht, MA Tolak Kasasi Gunawan)
"Kita ingin agar panjenengan semua itu memberikan penguatan dalam upaya pengentasan masalah ini," katanya. Terutama dalm hal sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat dan generasi muda.
Selain itu, Khofifah juga berbagi terkait data rata-rata lama sekolah di Jawa Timur. Dimana saat ini posisinya rerata lama sekolah warga Jawa Timur adalah 7,39 tahun.
Artinya masih banyak warga Jatim yang putus sekolah di kelas satu SMP atau MTS. Hal ini berpengaruh pada profil tenaga kerja Jawa Timur.
Dimana hampir 47 persen lulus SD dan 18 persen tidak lulus SMP. Hal tersebut membuat mereka menjadi tenaga kerja tak berketerampilan.
"Maka kami minta Ma'had Ali, agar kami dibantu bagaimana mereka bisa paling tidak mendapatkan progtam kejar paket c. Karena mereka yang menjadi pemberat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur," pungkasnya.
Reporter: Surya/fatimatuz zahroh
(Kasus Perceraian di Kabupaten Sampang Tinggi, Paling Banyak Karena Faktor Ekonomi dan Perselisihan)