Kisah Nenek Probolinggo Berangkat Haji dari Jualan Kacang Goreng, Tetangganya Heran Bisa ke Mekah

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Rasa lega diungkapkan Sunak Mutiha Djumakah (65), nenek asal Probolinggo, saat mendapat surat pemberitahuan pergi haji tahun ini.

Selama 14 tahun, Sunak menyisakan uang hasil jualan kacang goreng yang ia titipkan di beberapa warung-warung kopi di sekitar desanya untuk tabungan daftar haji.

"Lega, tenang. Yang penting sabar, tidak boleh susah. Alhamdulillah, anak saya pertamanya tidak tahu saya pergi haji. Tetangga-tetangga juga heran, tidak menduga," kata Sunak, Senin malam (8/7/2019).

• Mbah Miun Jadi Haji Tertua di Mojokerto, Sejumlah Persiapan Telah Disiapkan Anaknya, Simak!

• Rokok dan Obat Tradisional Bawaan Calon Jamaah Haji Asal Madura , Mendominasi di Asrama Haji

• Koper Calon Haji Bangkalan Dibongkar PPIH Embarkasi Surabaya, Rokok Hingga Obat-Obatan Disita

Setiap hari, Sunak mengatakan hanya berjualan kacang. Beberapa kilogram kacang ia rebus, dikupas kemudian dibumbu bawang putih untuk rasa gurih.

Setelah terbumbu dan digoreng, kacang-kacang tersebut dibungkus plastik kecil direnteng seharga Rp 500 setiap bungkus.

"Saya titip ke warung, direntengi. Saya Rp 400 jualnya ke warung tapi warung jual Rp 500," kata Sunak.

Dari hasil jualannya, Sunak mendapat penghasilan Rp 20 ribu yang kemudian ia sisakan untuk ditabung dan membeli kacang kulakan.

Sunak mengaku, dirinya hanya menabung semula Rp 500 ribu, kemudian berdoa dan bersabar untuk melunasi biaya daftar haji yang sejak tahun 2010.

"Saya ndak diberi anak, ndak ngutang Alhamdulillah tidak berhutang tidak punya tanggungan. Maunya minjam ke yang bangun masjid dekat rumah tapi tidak sampai karena bapaknya meninggal. Saya tenang sekarang bisa naik haji, alhamdulillah ada hikmahnya," pungkas dia.