Kisah Bocah 8 Tahun Rela Mengamen di Jalanan Kota Malang, Demi Rawat Ibunya yang Patah Kaki & Tangan
Kisah Bocah 8 Tahun Rela Mengamen di Jalanan Kota Malang, Demi Rawat Ibunya yang Patah Kaki & Tangan.
Penulis: Rifki Edgar | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Tak ada kesedihan yang nampak di raut wajah Naga Putra Wicaksana, yang kini harus merawat ibunya Siti Aisyah (33) yang sedang sakit di rumahnya.
Bocah berusia delapan tahun itu nampak sumringah dengan kedatangan awak media dan sejumlah relawan di rumahnya pada Minggu (14/7).
Naga setiap harinya mengamen di pertempatan jalan dan di warung-warung makan untuk mencarikan uang buat ibunya.
• Ponpes Bahrul Maghfiroh Malang Disiapkan Khofifah Jadi Halal Center, Edukasi Sembelih Sesuai Syariat
• Setelah Car Free Day Ijen, Sampah-sampah Berserakan di Jalan Wilis dan Retawu Kota Malang
• Tol Pandaan-Malang Masih Gratis, Dinas PU Bina Marga Jawa Timur Perkirakan Besaran Tarifnya
Dalam sehari, Naga memperoleh uang sebanyak Rp 120 Ribu.
Uang tersebut ia gunakan untuk jajan dirinya sendiri dan ia gunakan untuk membelikan makanan untuk ibunya di rumah.
Mengamen dan meminta-minta di jalan Naga tiru dari ibunya dulu yang merupakan seorang tuna wisma.
Luka yang ada di dahi kanan Naga menjadi bukti bahwa ia dan ibunya baru saja mengalami sebuah kecelakaan hebat di Situbondo pada tanggal 30 April lalu.
Kecelakaan itu mengakibatkan, kaki kiri dan tangan kiri dari ibunya Naga patah.
Sehingga Siti Aisyah harus terbaring lemah di kasur karena tidak bisa lagi melakukan aktivitas.
Semenjak kecelakaan itu pula, Siti Aisyah belum pernah memeriksakan diri ke dokter.
Ia hanya berobat kepada orang ahli Sangkal Putung yang selalu datang ke rumah kosnya di Jalan Borobudur Gang IV Kota Malang.
Seiring dengan berjalannya waktu, pengobatan alternatif itu tidak kunjung membuat Siti Aisyah sembuh.
Ia malah tidak bisa menggerakkan kaki kirinya dan jari tangan kirinya tidak bisa digunakan untuk menggenggam.
Sehingga, hanya Nagalah anak semata wayangnya yang kini harus merawat ibunya sendirian.
"Ayah saya sudah tidak ada, saya yang mencuci, memasak dan mencarikan uang untuk ibuk setiap hari," ucap Naga dengan polosnya.