Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serunya Warga Berebut Larung Kepala Kerbau di Dam Bagong Trenggalek, Wujud Syukur & Hormati Leluhur

Serunya Warga Berebut Larung Kepala Kerbau di Dam Bagong Trenggalek, Wujud Syukur & Hormati Leluhur.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Sudarma Adi
SURYA/AFLAHUL ABIDIN
Tohari, Warga Kecamatan Pogalan memamerkan kepala kebo yang dia dapat dalam budaya larung kepala kebo di Dam Bagong, Jumat (18/7/2019). 

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Para petani di Kecamatan Trenggalek dan Pogalan menggelar larung kepala kerbau di Dam Bagong, Jumat (18/7/2019).

Selama ini, dam yang berada di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek itu menjadi sumber pengairan bagi sekitar 800 hektare lahan sawah.

Selain kepala kerbau, dilarung juga kaki kerbau ke dam yang sama. Kaki kerbau itu dilempar ke dam oleh Bupati Trenggalek M Nur Arifin.

Jaksa Tetapkan Eks Bos Media Jadi Tersangka Penyertaan Modal di Trenggalek, Sempat Diperiksa 8 Jam

Polres Trenggalek Dapat Lahan Baru dari Pemkab Trenggalek, Tanahnya Bakal Dibagi dengan BNNK

Ibu-ibu Praktik Membatik Ciprat di Alun-alun Trenggalek Kerja Bareng Dinkop UKM Jatim

Sementara kepala kerbau dilarung oleh dua orang petani dari atas dam menuju sungai Bagong.

Ratusan warga tampak antusias menyaksikan kegiatan budaya tersebut. Beberapa warga bahkan berenang di sungai Bagong untuk berebut kepala dan dan bagian tubuh kerbau lain yang turut dilarung.

Salah satu warga yang turut berebut kepala kerbau, yakni Tohari, warga Kecamatan Pogalan. Ia berhasil mendapat kepala kerbau dan berencana untuk membawanya pulang.

"Rencana mau saya jual," kata Tohari.

Ketua Panitia Larung Kepala Kerbau Gunarji, menceritakan, budaya larung itu untuk menghormati leluhur: Ki Ageng Menak Sopal.

Menurut cerita, Menak Sopal adalah orang yang berjasa membangun dam tersebut sekitar abad 16.

Dam itu dibangun secara gotong royong karena tanah di Trenggalek terkenal sebagai tanah kering. Padi, saat itu, sulit mendapat aliran air.

"Dalam rangka membuat Dam Bagong dulu dilarung kepala gajah putih. Tapi karena gajah putih langkah, diganti dengan kepala kerbau," kata Gunarji.

Dulu, kepala binatang yang dilarung ke Dam Bagong dianggap sebagai tumbal. Tapi kini, kata dia, dianggap sebagai wujud rasa syukur dan mencari berkah.

Larung kepala kebo di Dam Bagong dilaksanakan saban tahun, yakni pada Bulan Selo hari Jumat Kliwon berdasar kalender Jawa.

Kerbau untuk larung dibeli dari iuran para petani di dua kecamatan tersebut. Apabila kepalanya dilarung, daging kerbau dimasak untuk dimakan bersama para warga.

Untuk itu, disediakan juga tumpeng ukuran besar yang direbutkan mereka yang hadir.

Maragiono, warga Desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek, datang untuk mencari berkah dalam kegiatan itu.

Ketika saatnya tumpeng dibuka, ia bersama warga lain turut berebut nasi dan lauk.

"Tujuannya ingin mencari berkah, juga ingin tahu seperti apa. Ini kebetulan baru pertama kali ke sini," tuturnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved