Karena itu, Risma menyebut ia akan terus melakukan evaluasi toko kelontong setiap tiga bulan sekali.
“Saya sangat yakin warga Kota Surabaya dapat diajak kerja keras dan hidup lebih sejahtera, tidak ada yang bisa merubah nasib kita kecuali kita sendiri. Saya berharap training ini diikuti sebaik mungkin,” pungkasnya.
(Konser Malam, 3 Cinta dan 5 Cerita di Sutos, Tumbuhkan Motivasi Usaha Arek-arek Boyo-Darjo)
Dalam praktiknya, tiap koperasi didampingi oleh pendamping khusus dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Surabaya.
Widodo Suryantoro, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Surabaya, menjelaskan keberhasilan lima koperasi rusunawa memacu semangat Pemkot untuk menghasilkan koperasi-koperasi lainnya.
Walau baru berjalan kurang lebih delapan bulan, kelima koperasi sudah bisa menyisihkan Sisa Hasil Usaha (SHU) per bulan, dan memiliki omzet hingga Rp 815 juta.
"Alhamdulillah dari lima koperasi sudah bisa ada progress yang luar biasa. Bisa dilihat dari koperasi sudah bisa menyisihkan SHU, itu harus disisihkan tiap bulan untuk pembagian hasil tiap tahun," ucap Widodo.
"Nah, dari modal awal yang masing-masing rusun kurang lebih Rp 18-20 juta, omzet bisa sampai Rp 815 juta dari total kelima rusun," paparnya.
Ia berharap, koperasi toko kelontong bisa berfungsi sebagai penyedia produk dengan harga murah, tempat warga berjualan, sekaligus pemasok produk di luar rusun jika sudah berkembang.
Reporter: Surya/Delya Oktovie
(Aplikasi SPOTS Ajak Wirausahawan Lebih Mudah dan Nyaman Memonitor Usahanya Sendiri)