Longsor Maut di Ponorogo
Korban Longsor di Desa Banaran Ponorogo Bersedia Direlokasi, Ini Alasannya
Sejumlah warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, mengaku bersedia direlokasi, setelah terjadi bencana longsor yang menghilangkan 28 warga desa setempat
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM,MADIUN - Sejumlah warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, mengaku bersedia direlokasi, setelah terjadi bencana longsor yang menghilangkan 28 warga desa setempat, pada Sabtu (1/4/2017) kemarin.
Tamikun (60) warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran misalnya. Ayah satu anak ini mengaku siap direlokasi ke tempat yang lebih aman.
"Kalau saya manut saja, yang penting bisa mapan," kata Tamikun kepada TribunJatim.com , Selasa (4/4/2107) siang.
Akibat bencana longsor, rumah dan barang-barang berharga, serta 15 ekor kambing miliknya terkubur tanah. Kini tidak ada yang dia miliki, kecuali istrinya Sumini (50) dan anaknya Tri Wahyu Ningtyas yang berhasil selamat.
Baca: Kisah Pilu Ariska, Ibu Muda yang Kehilangan Suami, Ortu, dan 5 Kerabat Direnggut Longsor Maut
Dia berharap, bila nanti ia direloksi di tempat yang baru, ia masih bisa bekerja mencari penghasilan untuk keluarganya. Pria yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal ini, mengaku tidak memiliki keahlian selain berkebun dan berternak.
Ia mengaku, sudah menempati rumah yang kini tertutup timbunan longsor, sejak puluhan tahun yang lalu. Tanah yang ia tempat itu, merupakan warisan dari orangtuanya.
"Warisan orangtua, dibagi empat orang, " katanya kepada TribunJatim.com .
Senada dikatakan Ratun (60). Wanita paro baya yang kehilangan putra dan menantunya pada saat longor ini mengaku bersedia direlokasi bila bersama-sama tetangga dan kerabatnya.
"Kalau bareng-bareng ya saya mau," katanya.
Diberitkan sebelumnya, dari hasil kajian yang dilakukan tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional (PVMBG), seluruh perbukitan di sekitar lokasi tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung masuk dalam zona merah.
Ketua Tim Penanggulangan Bencana Tanah Longsor PVMBG, Heri Purnomo, mengatakan karena area perbukitan di sekitar lokasi longsor masuk dalam kawasan rawan bencana tanah longsor, warga diminta untuk menjauhi lokasi tersebut.
Mengenai rencana relokasi warga, Heri menambahkan perlu dilakukan survei dengan melibatkan tim dari (PVMBG), untuk memastikan aman dan tidaknya lokasi.
"Jangan sampai ditetapkan, potensi longsornya besar," imbuhnya.
Sementara itu, Kodam V Brawijaya akan menyiapkan pasukan zeni tempur untuk memperlancar proses relokasi warga korban bencana longsor.
"Sekarang masih dalam tahap pencarian tanah untuk relokasi pembangunan rumah warga yang terdampak bencana. Begitu tanah itu sudah pasti maka dimana tempat relokasi itu kami menggunakan pasukan zeni tempur untuk mengerjakan itu supaya cepat," kata Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI I Made Sukadana. (Surya/ Rahadian Bagus)