Keluar dari Musala usai Salat Duhur, Pak Haji ini Dicelurit Bocah Hingga Ususnya Terburai
Korbanpun menjadi sasaran empuk dan tak bisa menghindar lagi. Seluruh tubuhnya mengalami luka parah dan ususnya juga terburai.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Menjadi kepala desa (Kades) adalah salah satu impian bagi sebagian besar masyarakat. Khususnya masyarakat di Pulau Madura.
Di wilayah ini, Kepala Desa biasanya disebut Klebun. Orang yang sangat ditokohkan oleh masyarakat dan warganya. Apa yang dikatakan dan diperintahkan biasanya selalu diikuti dan dituruti oleh warganya.
Namun, jabatan kades juga bisa berujung petaka, jika pihak yang ikut kontestasi tidak mengakui kekalahannnya.
Nasib tragis itulah yang terjadi pada H Dofir (43). Kepala Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan ini tewas mengenaskan setelah dikeroyok dan dibacok sekelompok orang, Kamis (11/5/2017).
Sekujur tubuh Pak Haji yang biasa dipanggil Abah ini mengalami luka parah. Bahkan ususnya sampai keluar dan terburai.
Baca: Carok Massal di Dalam Rumah, 3 Tewas, 2 Kritis, Isu Inilah yang Jadi Gara-gara
Kejamnya, pembunuhan terhadap si kades dilakukan, sesaat setelah korban turun dari Musala Wakaf, Kampung Paombulan, Desa Karang Gayam, usai menunaikan salat duhur.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, ketika adzan duhur berkumandang, Dofir bergegas menuju Musala wakaf yang lokasinya berada di sekitar di timur SPBU. Dia lantas menunaikan salat duhur empat rakaat.
Usai salat, korban lantas menuju warung yang berada di depan musala. Dia sempat duduk-duduk beberapa saat di warung tersebut.
Baca: Warga Bangkalan ini Nekat Tusuk 2 Anggota Paspampres, Penyebabnya Ternyata Sepele Banget
Nah, saat itulah, tiba-tiba datang sejumlah orang tak dikenal. Tanpa basa basi, gerombolan orang tak dikenal itu langsung mengeluarkan celurit dan menyerang si kades, dengan membabi buta.
Mendapat serangan tak terduga itu, korban sempat menghindar dan lolos dari bacokan. Dia spontan berlari masuk ke musala.
Tak berselang lama, setelah situasi dirasa aman, korban kembali keluar musala. Padahal di luar musala, orang yang mengeroyoknya masih menungguinya.
Baca: Berusaha Melerai Carok Massal di Rumahnya, Perempuan ini Alami Nasib Sangat Tragis
Saat itulah, beberapa orang yang melihat si kades kembali keluar dari musala langsung menyergap dan mengeroyok dengan menyabetkan celurit ke tubuh korban.
Korbanpun menjadi sasaran empuk dan tak bisa menghindar lagi. Seluruh tubuhnya mengalami luka parah.
Selain luka di bagian perut, Kades Dofir juga mengalami luka robek di bagian muka hingga telinga, luka sayat di lengan kanan. Selain itu, urusnya juga terburai dan keluar dari perutnya.
Saat kejadian, warga tidak ada yang berani mendekat. Baru setelah kejadian, warga bergegas menolong si kades. Korban lantas dilarikan ke Puskesmas Blega.
Baca: Guru Ekstrakurikuler Sekolah Agama ini Cabuli 35 Siswinya, Korban Sempat Dibeginikan
Sempat mendapat perawatan di puskesmas, dan tim medis juga berusaha melakukan resusitasi atau mengembalikan cairan yang hilang. Tapi upaya tersebut tidak berhasil.
Si kades akhirnya meninggal di Puskesmas Blega setelah banyak kehabisan darah.
Kapolsek Blega AKP Hartantan yang dikonfirmasi membenarkan, bahwa korban memang diserang secara bersamaan ketika turun dari musala usai melaksanakan salat duhur.
Hasil penyelidikan, dugaan sementara kejadian tersebut bermotif pemilihan kepala desa (Pilkades) Karang Gayam.
"Tapi kami belum bisa memastikan berapa orang pelaku pengeroyokan," ujarnya.
Baca: Tangkap Pelaku Carok Massal, Polisi Pilih Gunakan Cara Unik ini
Desa Karang Gayam melaksanakan pilkades serentak bersama 140 desa lain di Kabupaten Bangkalan pada Kamis (27/10/2016).
Gelombang protes dari para pendukung salah satu calon sempat mewarnai tahapan-tahapan pilakdes di sembilan desa. Termasuk pada tahapan Pilkades Karang Gayam.
Setelah melakukan pengejaran terhadap pelaku pembunuhan sadis Kades Dofir, polisi akhirnya berhasil menangkap salah satu pelaku, yakni Mohammad Mahdi Muzakki (17) alias masih seorang bocah.
Dia adalah anak dari calon kades yang kalah bertarung melawan Dofir dalam Pilkades 27 Oktober 2016 lalu.
Dia diamankan Polsek Blega, Kamis (11/5/2017) petang, atau sekitar enam jam setelah kejadian.
Menurut Kapolsek Blega AKP Hartanta, dihadapan penyidik pelaku mengaku sengaja membunuh si kades akibat sakit hati karena bapaknya kalah dalam Pilkades.
"Jadi, motifnya sudah jelas. Buntut dari kekalahan Pilkades," tegasnya. (Surya/ Ahmad Faisol)