Pilgub Jatim 2018
Kiai Sepuh NU Turun Gunung di Pilgub Jatim, Kirim Surat Khusus ke PKB, Poin Kelima Jadi Kunci
Para Kiai Sepuh Nahdlatul Ulama (NU) akhirnya turun gunung, menyikapi makin dinamisnya gelaran Pilgub Jatim 2018.
Membenarkan
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo KH Mutawakkil Alallah membenarkan adanya surat yang mengatasnamakan Kiai Sepuh NU tersebut.
Nama Kiai Mutawakkil termasuk satu dari 21 Kiai Sepuh yang disebut ikut menandatangani surat ke Ketua DPW PKB Jatim. Dia berada di urutan nomor delapan.
Menurut Kiai Mutawakkil yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim ini, lewat surat tersebut, para Kiai Sepuh ingin membulatkan tekad dan bersatu dalam menyongsong dan menghadapi Pilgub Jatim 2018.
"Para kiai sepuh mengharapkan NU untuk tidak terpecah belah pada Pilkada mendatang," tegasnya.
Persatuan para Kiai dan warga Nahdliyin dinilai penting, agar tokoh NU tidak diadu domba oleh pihak luar. Karena berkaca pada gelaran pilkada di tempat lain, potensi dan upaya memecah belah tokoh NU bisa saja terjadi dan dilakukan oleh pihak luar.
Hal itu dinilai penting, karena saat ini setidaknya ada empat kader dan tokoh NU yang disebut-sebut akan maju dalam Pilgub Jatim 2018. Baik untuk posisi bakal calon gubernur maupun bakal calon wakil gubernur.
Mereka adalah, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur Jatim dua periode, mantan Ketua Umum GP Ansor dua periode, dan saat ini menjabat Ketua PBNU.
Lalu Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial RI, Ketua Umum PP Muslimat NU sejak tahun 2000 hingga sekarang.
Kemudian Abdul Halim Iskandar, Ketua DPRD Jatim, Ketua DPW PKB Jatim, dan kader NU tulen asal Jombang.
Lantas Abdullah Azwar Anas, Bupati Kabupaten Banyuwangi, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim, dan mantan Ketua PP IPNU.
"Makanya kami ingin meminimalisir segala potensi memecah belah dari luar NU tersebut," tandas Kiai Mutawakkil.
Khusus Pilgub Jatim, hal itu dinilai sangat penting. Karena provinsi ini merupakan tempat dan cikal bakal lahirnya NU. Jamiyah Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya, pada 31 Januari 1926.
"Nah, sebagai wilayah yang menjadi cikal bakal lahirnya Jamiyah NU, tentu harus dapat menjadi contoh untuk daerah lain tentang kebersamaan, kekompakan, keutuhan dalam setiap perjuangan," imbuhnya.
Menurut Kiai Mutawakkil, forum Kiai Sepuh NU akan menggelar pertemuan terkait Pilgub Jatim sebelum bulan Puasa ini di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah itu, hasil pertemuan akan diumumkan secara resmi ke publik.
"Tapi pengumumannya kalau sudah ada pertemuan saja," tukasnya.
Semua itu dilakukan, lanjutnya semata-mata demi kebaikan warga Nahdliyin dan masyarakat Jatim pada umumnya.
Untuk itu, para Kiai Sepuh berharap sebagai partai yang didirikan oleh Kiai NU, PKB seharusnya duduk bersama dan berdiskusi dengan para Kiai Sepuh, untuk menjelaskan sekaligus menentukan figur calon gubernur dari kalangan Nahdliyin yang akan diusung pada Pilgub Jatim 2018, sesuai kesepakatan bersama.
"Kami akan sangat bersyukur jika PKB mau menerima rujukan calon gubernur yang diusulkan hasil diskusi bersama dengan Kiai Sepuh. Sehingga calon yang didukung kiai tersebut dipastikan akan diusung oleh PKB," ucapnya.
Hal senada ditegaskan Pengasuh Pondok Pesantren Miftahussunnah Surabaya KH Miftachul Akhyar.
Menurutnya, dalam menghadapi Pilgub Jatim 2018 yang pelaksanaannya kurang setahun lagi, para Kiai ingin agar NU bersatu dan kompak.
"Para Kiai NU di Jatim sangat menginginkan Nahdlatul Ulama bersatu dan kompak dalam Pilkada Jatim," tegas Kiai Miftah, yang juga Wakil Rais Aam PBNU ini.
Mau Klarifikasi
Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar mengaku hingga Minggu (21/5/2017) malam, dirinya belum menerima surat dari para Kiai Sepuh NU yang ditujukan kepadanya.
Sehingga kakak kandung Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar ini tidak mau langsung percaya begitu saja. Namun, dia berjanji segera mengecek kebenaran dan keberadaan surat tersebut secepatnya.
Jika surat 21 Kiai Sepuh NU tersebut benar adanya, Gus Halim menyatakan, akan melakukan klarifikasi langsung kepada para Kiai Sepuh yang namanya tercatat di surat. Untuk mengetahui secara jelas, apa dasar dibuatnya surat tersebut.
"Tabayun (klarifikasi) kepada Kiai itu sesuai yang diajarkan NU. Karena saya sangat menghormati beliau-beliau," tegasnya. (*)