Karena Pertimbangkan Tiga Poin Ini, Dewan Pendidikan Jatim Keberatan Soal Penerapan Full Day School
Terkait konsep full day school yang digagas Mendikbud, Dewan Pendidikan Jatim merasa keberatan.
Penulis: Adeng Septi Irawan | Editor: Alga W
Khusus wilayah pedesaan biasanya, para siswa setelah pulang sekolah memiliki aktivitas di luar membantu orangtua.
Lagi pula, ada beberapa daerah yang menerapkan kegiatan mengaji bagi para siswa di sore hari setelah pulang sekolah.
"Kalau di desa paling para siswa setelah pulang sekolah ke sawah bantu orang tua, tapi kalau di kota kan tidak, banyak siswa yang malah main ke mall-mall usai pulang sekolah, ini yang berbahaya kan," jelasnya.
Baca: Di-PHK dari Pabriknya Bekerja Dulu, Pria Tua Ini Kini Jualan Pesawat Kayu Lawan Panasnya Surabaya
Ketiga adalah jenjang pendidikan, jangan sampai disamaratakan.
Menurutnya, penerapan full day school lebih tepat bagi kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sementara jenjang lainnya, seperti SD dan SMP, belum tepat sasaran.
"Wajarlah kalau SMA atau sederajat pulang sore, hampir sebagian besar daerah di Jatim menerapkan hal tersebut," ujar Daniel yang juga Dosen Universitas Petra Surabaya ini.
Baca: Risih Tak Mau Satu Antrian Bareng Driver Ojek Online di Restoran, Status Akun Ini Bikin Netter Geram
"Saya pikir tidak masalah untuk SMA, tapi untuk jenjang SD dan SMP itu yang perlu dikaji ulang karena sistem tersebut tidak wajar," tambahnya.
Dirinya berharap, semua pihak terkait, utamanya tim pengusul, untuk mengkaji ulang konsep full day school sebelum benar-benar diterapkan di dunia pendidikan wilayah Jatim.
Baca: Meski Perawatan Wajahnya Ekstrim, Gaya Foto Roro Fitria Ini Malah Bikin Jijik Netter: Lancip Semua