Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Selalu Berjilbab dan Tak Punya Kemaluan, Bocah Ini Ingin Jadi Pria, Curhatannya Bikin Ibunya Meleleh

Sering kenakan jilbab, bocah ini malah ingin jadi cowok. Selanjutnya, dia curhat seperti ini.

Penulis: Haorrahman | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Haorrahman
Jossy dan ibunya 

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Nasib dan takdir memang tidak ada satu pun manusia yang bisa mengetahuinya.

Termasuk mengenai kelahiran seorang manusia.

Akan dilahirkan dalam bentuk, jenis kelamin, dan latar belakang seperti apa, tidak ada satu pun manusia yang mampu menolaknya.

Itu pula seperti yang dialami oleh Dwi Jossy (14) warga Dusun Karangan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Baca: Sering Sakit di Pinggul, Ada Kondom Dalam Tubuh Wanita Ini, Penyebabnya Bikin Dokter Syok

Bocah yang masih duduk di Siswa Sekolah Dasar (SD) ini terlahir dengan tanpa alat kelamin dan anus.

Saat ini usia Jossy sudah berusia 14 tahun. Di akta kelahiran Jossy, jenis kelaminnya tertulis perempuan.

Demikian juga di data administrasi sekolah.

Jossy juga tercatat sebagai perempuan.

Orangtua Jossy menandaninya sebagai perempuan, karena dilihat dari kesehariannya yang gemar mengenakan pakaian seperti layaknya anak perempuan.

Di lingkungannya Jossy pun tumbuh menjadi 'anak perempuan'.

Saat mengaji dan beribadah dia juga jadi perempuan, mengenakan jilbab dan wajahnya juga cukup cantik.

Namun kini ibunda Jossy, Sumarni , menemui persoalan.

Anak yang mulai beranjak remaja itu ingin menjadi laki-laki.

Padahal Sumarni selama ini tidak mempermasalahkan jenis kelamin anak kesayangannya tersebut.

"Saya sangat kaget ketika anak saya bilang, Bu aku ini laki-laki. Di hadapan Allah juga harus laki-laki. Kalau operasi, aku mau jadi laki-laki," kata Sumarni menirukan perkataan anaknya itu, Selasa (1/8/2017).

Keinginan Jossy ini terlontar, karena sebentar lagi dia akan menyelesaikan pendidikan sekolah SD dan mau masuk bangku sekolah SMP.

Menurut Sumarni, waktu Jossy menyampaikan keinginannya menjadi anak laki-laku, dirinya langsung bingung.

Karena selama ini dia selalu berpakaian perempuan.

Setiap pergi ke sekolah juga memakai rok, mengaji juga pakai jilbab.

"Akhirnya kasihan dan tak kuat menahan beban perasaan tersebut, saya curhat kepada wali kelasnya akan masalah yang dialami Jossy," beber perempuan yang bekerja sebagai penjual kopi di Pasar Genteng tersebut.

Sumarni lantas bercerita, saat Jossy lahir, buah hatinya itu memang tidak memiliki alat kelamin.

Saat itu, dokter yang menangani anak keduanya mengatakan, bahwa yang memungkinkan adalah operasi pembuatan kelamin perempuan untuk Jossy.

Berdasar apa yang disampaikan dokter itulah, pihak keluarga saat itu akhirnya memutuskan, di akta kelahiran Jossy ditulis jenis kelaminnya adalah perempuan.

"Tapi seiring berjalannya waktu, lha kok fisik Jossy tumbuh dan semakin terlihat seperti laki-laki," terangnya.

Terlepas dari polemik jenis kelaminnya, Sumarni menguraikan, Jossy adalah anak yang pandai dan aktif dalam berkegiatan.

Namun dia sempat berhenti saat kelas 3 SD karena suatu hal.

Tapi setelah itu, Jossy melanjutkan kembali sekolahnya.

Sehingga kini, ketika berusianya 14 tahun, dia masih duduk di kelas 6 SD.

Nah, selama 14 tahun itu, Sumarni mengaku terus rutin memeriksakan kondisi dan perkembangan kesehatan anaknya ke Puskesmas.

Kepala Puskesmas Genteng, dr Yos Hermawan mengatakan, terkait operasi untuk proses pembuatan alat kelamin laki-laki secara teknis sangat sulit.

”Yang memungkinkan adalah perempuan,” ujarnya.

Menurut Yos, untuk operasi harus menunggu berat badan Jossy mencapai 20 kg.

Sementara saat ini, berat badan Jossy masih 16 kilogram, meski usianya sudah 14 tahun.

Untuk itu, pihaknya terus melakukan pendampingian sambil memberikan tambahan makanan bergizi supaya berat badannya segera naik.

"Ini sebagai upaya persiapan menuju operasi yang nanti direncanakan dilakukan di Surabaya," terangnya.

Selama ini, untuk buang air besar dan buang air kecil, dilakukan Jossy melalui saluran pembuangan yang dibuat di perut sebelah kiri.

Agar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, Jossy harus berganti diapers sampai lima kali dalam sehari.

Bocah malang ini pernah menjalani operasi pembuatan saluran pembuangan di Surabaya saat masih berumur 1,5 tahun karena menunggu berat nya 5 kilogram.

Terketuk dengan nasib salah satu warganya, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko mengunjungi Jossy, Selasa (1/8/2017).

Sepintas memang tak terlihat ada yang aneh pada diri Jossy.

Meski badannya terlihat lebih kecil dan kurus dibandingkan anak seusianya, dia terlihat ceria seolah tak punya masalah apa-apa.

Bahkan ketika bertemu Yusuf, Jossy tampak sumringan dan sering tersenyum dan mencium tangan orang nomor dua di Banyuwangi tersebut.

Yusuf juga beberapa kali mengajak bercanda Jossy dan terjadila
h dialog yang gayeng antara keduanya.

Saat ditanya cita-citanya, Jossy mengaku ingin jadi dokter supaya bisa mengobati penyakit orang lain.

"Pengen jadi dokter, Pak, biar orang lain sembuh dari sakitnya. Saya juga pengen sembuh," ucapnya, polos.

Yusuf mengatakan akan terus mengawal kondisi Jossy dan perkembangannya hingga mendapatkan penanganan yang maksimal.

"Kami akan terus dampingi dan pantau kondisinya sampai siap dioperasi," katanya.
Untuk biaya pendidikan, Yusuf juga berjanji akan mengawal hingga Jossy duduk di bangku kuliah.

Semoga Jossy bisa menggapai cita-citanya yang ingin jadi dokter," imbuhnya.

Sebagai antisipasi agar Jossy tidak menjadi bahan bully dan cemoohan dari teman maupun lingkungan sekitarnya, wali kelas tempatnya bersekolah diminta untuk melakukan pendampingan serta pemahaman kepada kawan-kawannya.

"Itu harus dilakukan, agar dia bisa tumbuh wajar seperti anak-anak lainnya," tegas Yusuf. (Surya/Haorrahman)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved