7 Fakta Najwa Shihab Selama Jadi Presenter, Mulai Punya Kode Reporter 1 Hingga Menangis Saat Liputan
Najwa Shihab presenter program Metro TV Mata Najwa membuat kabar mengejutkan.
Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
TRIBUNJATIM.COM - Najwa Shihab presenter program Metro TV Mata NAjwa membuat kabar mengejutkan.
Dia menyatakan mundur sebagai jurnalis Metro TV melalui akun media sosialnya.
"Eksklusif Bersama Novel Baswedan" adalah episode terakhir Mata Najwa yang sudah 7 tahun tayang di Metro TV.
TribunJatim sempat merangkum beberapa perjalanan Najwa Shihab saat jadi presenter Metro TV:
1. Sempat bekerja di RCTI
Najwa Shihab kuliah di Universitas Indonesia jurusan Fakultas Hukum.
Akhir tahun 2000, sambil menulis skripsi, Najwa melakukan magang kerja di RCTI bertugas sebagai jurnalis.
Dan liputan pertamanya adalah tentang arus mudik lebaran di Stasiun Gambir dan Pelabuhan Merak.
Sejak itulah dia jatuh hati pada dunia kewartawanan.
Akhirnya, Najwa berhasil juga menyelesaikan bangku kuliah.
Dia lulus tahun 2000 dan langsung bekerja di stasiun televisi RCTI.
"Sebetulnya secara tidak sengaja. Saya dulu kuliah jurusan hukum UI dan termasuk mahasiswa aktif. Pertama kali berkenalan dengan dunia jurnalistik saat magang di RCTI," tutur Nana, di Studio Hanggar, Pancoran, Jakarta Selatan.
Terkesan dengan pengalaman magang, dia pun mulai jatuh cinta pada dunia media. Nana lalu meretas karier dengan perjuangan dan kerja keras di jalur ini.
Nana panggilan Najwa Shihab kemudian pada tahun 2001 pindah ke Metro TV.
2. Jadi salah seorang reporter pertama Metro TV yang tidak pindah-pindah
Presenter ini kemudian berkata bahwa dia merupakan salah-seorang reporter pertama di Metro TV pada tahun 2000.
"Saya masih bertahan sebagai reporter pertama (di Metro TV)," katanya seraya menyebut nama seorang reporter pertama lainnya yang memilih pindah ke sebuah BUMN.

Dalam ucapan perpisahannya dia juga mengatakan Rasa bangga menjadi reporter pertama Metro TV, sebagai pemilik kode reporter 01 dalam istilah teman-teman di Kedoya, sampai kapan pun tak akan luntur.
Rangkaian perjalanan saya sebagai reporter sebuah TV berita pertama di tanah air terekam dalam, membuat kehidupan jauh lebih kaya serta menjadi bekal berharga untuk terus berkarya sebagai jurnalis.
3. Najwa Shihab menangis saat liputan di Aceh
Najwa dikutib dari BBC Indonesia mengatakan liputan tsunami Aceh pada akhir 2004 merupakan "liputan yang selalu saya ingat".
"Karena itu mengubah saya, bukan saya sebagai wartawan, tetapi terlebih saya sebagai manusia," katanya.
Hal ini dia utarakan ketika saya bertanya: bagaimana dia saat ini memaknai ketika dia tak kuasa menahan tangis saat melaporkan kondisi Aceh tidak lama setelah diterjang tsunami.

Peristiwa "linangan air mata" Najwa ini, kala itu, memang menimbulkan pro dan kontra di kalangan jurnalis.
Pihak yang mengkritiknya mengatakan, seharusnya wartawan tidak terlibat secara emosional sedemikan jauh sehingga dikhawatirkan mempengaruhi laporannya.
"Tapi sampai sekarang pun, ketika saya kilas balik, saya tidak pernah menyesal ketika melibatkan seluruh indra saya untuk melaporkan."
4. Program yang dipandu Najwa sebelum Mata Najwa
Usai liputan tsunami Aceh, Najwa juga mendapat jatah menjadi news anchor, pembaca berita di program berita harian “Metro Hari Ini”.
Nana juga memandu beberapa program talkshow mingguan; “Today’s Dialogue” dan “Save Our Nation”, beberapa program yang membahas isu seputar politik dan hukum di Indonesia.
5. Jadi pemandu debat Pilkada DKI Jakarta
Salah satu acara yang dipandu Najwa Shihab dan cukup membekas di benak publik, adalah debat kandidat Gubernur DKI Jakarta. Debat yang mempertemukan pasangan Fauzi Bowo-Priyanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar pada tahun 2007.

Debat itu diselenggarakan oleh KPUD DKI Jakarta, disiarkan secara langsung oleh Metro TV dan Jak TV.
Najwa terpilih sebagai pemandu debat menyisihkan sejumlah pembawa acara yang diseleksi KPUD DKI Jakarta.
6. Pernah wawancara seorang tokoh teroris
Wawancara Najwa Shihab dengan Abubakar Ba'asyir ini, ketika itu, sempat melahirkan sanjungan sekaligus kritikan.
Kritikan itu biasanya dikaitkan dengan anggapan bahwa Metro TV seolah-olah berkampanye untuk kegiatan teroris.
Apa komentar Najwa atas kritikan itu?
"Saya percaya, televisi itu sangat transparan. What you see is what you get," kata Najwa, kali ini dengan mimik yang terlihat serius.
Lagipula, wawancara itu disiarkan secara langsung tanpa "diedit untuk kepentingan tertentu", katanya.
"Saya bertanya, dia menjawab. Sama-sekali tidak ada sensor. Apa yang Anda lihat dan Anda dengar sama-sama, itulah yang kemudian dimaknai oleh pemirsa, apapun itu," jelasnya lebih lanjut.
Najwa mengatakan, wawancaranya dengan Abubakar Ba'asyir merupakan sesuatu yang "sehat" ketika "yang dimaknai adalah substansi dari wawancara".
Hal ini pula dia tekankan dalam pengalamannya mewawancarai sejumlah calon legislatif atau bakal calon presiden.
"Saya akan senang kalau diskursus itu tentang substansi apa yang dibahas, karena memang itu yang diperlukan sekarang, bahwa orang memang bergerak, berpikir, dan memaknai berbagai perbincangan yang ada."
7. Banyak mendapat penghargaan
- Insan Pertelevisian Terbaik dalam ajang Panasonic Gobel Awards (2016)
- The Influential Woman of The Year dari Elle Magazine (2016)
- Most Progressive Figure oleh Forbes Magazine (2015)
- Presenter Pemilukada Terbaik oleh Badan Pengawas Pemilu (2015)
- Young Global Leader oleh The World Economic Forum (2011)
- Highly Commended for the Best Current Affairs Presenter di Asian Television Award (2009 dan 2007)
- Australian Alumni Award for Journalism and Media (2009)
- National Award for Journalistic Contribution to Democracy (2010)
- Jurnalis Terbaik Metro TV 2006[3]
- Young Global Leader (YGL) 2011 dari World Economic Forum (WEF)[3]
- Asian Television Awards (ATA) 2011 Pemenang Kedua atau Highly Commended
- Best Current Affairs Presenter dalam acara Mata Najwa di Metro TV. Sebelumnya pada tahun 2009 juga menjadi Juara kedua dan pada tahun 2007 menjadi Juara Ketiga
- Panasonic Gobel Awards 2015 sebagai Presenter Talkshow Berita dan Informasi Terfavorit