HUT Kemerdekaan RI
Demi Bendera Raksasa, Petani di Desa Terpencil ini Patungan Lima Ribuan
Demi bendera raksasa, secara suka rela, warga di desa terpencil ini melakukan patungan sebesar Rp 5000 per keluarga.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Warga Desa Lembah, Kecamatan Babadan, Ponorogo, mempunyai cara unik untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke- 72 tahun.
Secara suka rela, warga di desa terpencil tersebut melakukan patungan sebesar Rp 5000 per keluarga.
Uang tersebut digunakan untuk membeli kain bendera serta untuk keperluan kegiatan upacara bendera, Kamis (17/8/2017) di areal persawahan di desa setempat.
Seorang warga Desa Lembah, Rohminatin, mendapat tugas untuk menjahit bendera berwarna merah dan putih berukuran 4 meter X 6 meter.
Rohminatin mengaku mengerjakan bendera sejak Selasa (15/7/2017) malam. "Mulai tadi malam jahit dan ini baru selesai," kata Rohminatin saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/8/2017).
(Menang Telak Atas Barcelona, Real Madrid Rebut Piala Super Spanyol Kesepuluh)
Rohminatin menceritakan, pembuatan bendera berukuran tidak normal ini dibuat secara mendadak tanpa perencanaan matang.
Bahkan, ia sempat kesulitan saat mencari bahan berupa kain putih dan merah di pasar. Sebab, menjelang peringatan kemerdekaan banyak orang yang membeli kain untuk dibuat menjadi bendera.
Bendera berukuran 4 meter X 6 meter itu kemudian dibawa ke persawahan yang akan menjadi tempat upacara bendera.
Sementara itu, di lokasi upacara bendera, belasan petani tampak sedang berlatih menjadi petugas pengibar bendera. Ada juga yang sedang berlatih paduan suara.
(Mau Evakuasi Bangkai Paus, Kapal Petugas Gabungan di Tulungagung Terbalik Diterjang Ombak)
Bendera yang baru selesai dijahit itu kemudian dipasang di bambu setinggi sekitar 15 meter kemudian dikibarkan dengan cara menegakan bambu bersama-sama.
Rohminatin mengatakan, rencananya seribu bendera kecil juga akan dipasang di sekitar areal persawahan itu.
Para warga desa yang sebagian besar berpofesi sebagai petani ini tampak antusias menyambut hari kemerdekaan RI. Mereka telah menjalani latihan selama dua pekan dipandu anggota TNI dari Koramil Babadan.
Anggota Koramil Babadan, Pelda Cholik, mengatakan upacara bendera menyambut Kemerdekaan RI merupakan inisiatif warga Desa Lembah. Sementara pihak Koramil hanya membantu melatih para petani dalam baris berbaris dan gerak jalan.
(Ingin Nikah Tak Direstui Orang Tua, Pemuda Ini Tabrakan Diri ke Kereta Api)
Lokasi upacara sengaja dipilih di areal persawahan karena sawah menjadi tempat bagi petani mengais rezeki.
"Kegiatan upacara bendera tidak hanya digelar di lapangan. Sawah juga bisa menjadi tempat berkhidmat untuk upacara bendera dalam hari kemerdekaan," kata Cholik
Cholik menuturkan, kebersamaan warga desa Desa Lembah merupakan bentuk cinta Tanah Air dan jiwa nasionalisme. Para petani merelakan waktu untuk berlatih dan mengikuti latihan baris berbaris dan bernyanyi.
Dikatakannya, tidak mudah melatih para petani untuk baris berbaris. Dibutuhkan waktu sekitar dua pekan untuk berlatih secara intensif, hingga akhirnya pasukan pengibar bendera siap.
"Ada sekitar 50 petani yang menjadi pasukan pengibar bendera dan paduan suara," jelas dia.
Seorang petugas pengibar bendera, Usman Nugroho awalnya mengaku kesulitan saat berlatih baris berbaris. Sebab, ia tidak pernah melakukan gerakan baris berbaris.
Meski demikian, sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia, ia rela berlatih sebagai petugas pengibar bendera.
"Kami sangat mencintai Indonesia. Dan ini merupakan lambang rasa nasionalisme kami," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini. (Surya/Rahadian Bagus)