TOP 5 Nasional
Dari 'Rumah Hantu' Dirjen Hubla Buat Simpan Keris Hingga First Travel Nunggak Hotel di Arab
Berikut lima berita terpopuler Nasional di TribunJatim.com, pada Jumat (25/8/2017)
Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
Sebanyak 33 ransel berisi uang Rp18,9 miliar itu dikumpulkan oleh Tonny selama dua tahun terakhir dari beberapa pengusaha terkait sejumlah perizinan dan penggarapan proyek di lingkungan Ditjen Hubla Kemenhub sepanjang 2016-2017.
Sementara, empat kartu ATM dengan identitas rekening fiktif bersaldo Rp1,174 miliar juga didapatnya dari beberapa pengusaha terkait sejumlah proyek pengerukan pelabuhan.
Satu di antara ATM tersebut didapatnya dari Komisari PT Adhiguna Keruktama (PT AGK), Adiputra Kurniawan, selaku penggarap proyek pengerukan di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengungkapkan, dari penelusuran pihaknya, ditemukan penggunaan keempat kartu ATM untuk sejumlah keperluan pribadi dan anak dari Tonny.
Di antaranya Tonny kerap menggunakan kartu-kartu ATM tersebut untuk pembayaran booking atau menginap di beberapa hotel di Jakarta.
Namun, Basaria enggan menjelaskan lebih lanjut dalam rangka apa Tonny sering menggunakan kartu-kartu ATM tersebut di hotel.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, diketahui Tonny kerap menggunakan kartu-kař ATM pemberian pengusaha itu untuk "jajan" PSK dan pembayaran sewa kamar beberapa hotel berbeda di ibukota.
"Tiap minggu si ATB selalu 'jajan' dengan ATM dari rekening itu," ujar sumber di KPK.
Menurutnya, minimal Tonny sekali dalam seminggu "jajan" PSK dan membuka kamar hotel.
Salah satu hotel tempat "piknik malam" Tonny itu ada di kawasan Kota, Jakarta.
Setelah terjaring OTT dan dilakukan pemeriksaan, Tonny dan Adiputra Kurniawan dijebloskan ke tahanan berbeda pada Jumat (25/8/2017) dini hari.
Tonny mengakui 33 tas ransel berisi Rp18,9 miliar dan empat kartu ATM dengan sisa salso Rp1,174 miliar adalah pemberian dari sejumlah pengusaha sejak 2016 sampai 2017.
Uang lebih Rp20 miliar itu didapatnya karena telah membantu para pengusaha "membereskan" para mafia yang kerap mengganggu perizinan dan proyek kemaritiman, termasuk proyek infrstruktur pelabuhan.
Lantas, Tonny mengaku hilaf sampai menerima uang sebanyak itu yang diakuinya telah melanggar hukum.
Ia menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Indonesia atas semua kesalahannya menerima suap ini.