Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tarif Angkutan Lingkungan di Kota Blitar Mencekik, Warga dan Wisatawan Pada Ngedumel Begini

Keberadaan angkutan lingkungan yang menggunakan kendaraan roda tiga mirip bajay jadi sensasi dan polemik panas di Kota Kediri.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Mujib Anwar
SURYA/SAMSUL HADI
Pejabat Pemkot Blitar naik angkutan lingkungan kendaraan bermotor roda tiga mirip bajay saat peresmian, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Anggota Komisi III DPRD Kota Blitar meminta Dinas Perhubungan (Dishub) mengkaji ulang tarif angkutan lingkungan (Angling) kendaraan bermotor roda tiga.

Rido berpendapat tarif angkutan lingkungan Rp 6.000/km dan tarif buka pintu Rp 8.000 masih terlalu mahal.

“Untuk tarif mungkin yang perlu dikajiulang, untuk ukuran Kota Blitar terlalu mahal,” katanya, Selasa (26/9/2017).

Selain tarif, kata Rido, jumlah angkutan lingkungan juga harus dibatasi, tidak usah terlalu banyak.

Dia khawatir kalau jumlah armada ditambah lebih banyak akan menimbulkan masalah baru seperti macet dan polusi udara.

"Bajay di kota-kota besar juga mulai dikurangi karena menimbulkan polusi udara," ujarnya.

(Kos-kosan untuk Bisnis Mesum Makin Marak di Kota Bung Karno, Layani Paket Drive Thru, Modusnya Licin)

Politikus Demokrat itu tidak mempermasalahkan keberadaan angkutan lingkungan kendaraan roda tiga mirip bajay.

Menurutnya, masyarakat Kota Blitar masih membutuhkan angkutan umum perkotaan. Saat ini, tidak ada angkutan kota di Kota Blitar. Angkutan umum perkotaanya hanya becak dan ojek.

Menurutnya, Dishub sudah memaparkan soal angkutan lingkungan ke komisi III sebelum dilaunching.

Selain untuk menyediakan transportasi umum untuk masyarakat, keberadaan angkutan lingkungan juga untuk mengangkat ekonomi para tukang becak.

“Operatornya kan pakai tukang becak yang biasa mangkal di stasiun. Para tukang becak biar tidak mengayuh lagi,” ujarnya.

(Bejat, Demi Pesta Miras dan Bisa Beginiin Banyak PSK, Pria ini Jarah Belasan Kotak Amal di Masjid)

Wakil Ketua DPRD Kota Blitar, Totok Sugiarto belum banyak berkomentar soal angkutan lingkungan. Dia masih mempelajari dasar hukum pengoperasian angkutan lingkungan itu.

“Nanti akan kami panggil Dishub untuk menjelaskan lagi soal pengoperasian angkutan lingkungan,” kata Totok.

Sementara itu, sehari setelah dilaunching, sejumlah penumpang mengeluhkan mahalnya tarif angkutan lingkungan.

Seperti diungkapkan Rico Hadi Wijaya. Rico baru datang dari Jakarta ke Blitar naik kereta api, Selasa (26/9/2017).

(Ngaku Jadi Budak Sodomi Sang Paman, Perilaku Remaja Yatim Piatu ini Tiba-tiba Aneh)

Sesampai di Stasiun Kota Blitar, dia berencana ke Desa Darungan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.

Dia mencoba naik angkutan lingkungan dari stasiun ke Darungan. Dia harus membayar Rp 83.900 untuk tarif angkutan lingkungan dari stasiun ke Darungan.

Rinciannya, tarif buka pintu Rp 8.000 dan tarif per kilometernya totalnya mencapai Rp 75.900. Menurut Rico, besaran tarif itu mahal dibandingkan angkutan umum lainnya.

“Kami berharap ada evaluasi soal tarif, saya biasanya naik ojek dari stasiun ke Darungan tarifnya tidak sampai Rp 50.000. Kalau untuk pelayanan angkutan lingkungan sudah bagus,” katanya.

(Pengamat Intelijen: Hati-hati Operasi Asing Sengaja Adu Domba Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BIN)

Hal serupa dikatakan Sri, warga Kelurahan Karangsari, Kota Blitar. Sri sebenarnya penasaran ingin mencoba naik angkutan lingkungan dari stasiun ke Karangsari.

Tetapi, begitu tahu tarifnya menggunakan sistem argometer dan per kilometernya Rp 6.000 dan tarif buka pintu Rp 8.000, Sri mengurungkan niatnya naik angkutan lingkungan.

“Kalau segitu ya mahal, tingkat ekonomi masyarakat Blitar masih berbeda dengan kota-kota besar lain,” katanya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Blitar, Priyo Suhartono mengatakan pengoperasian angkutan lingkungan masih tahap uji coba.

(Modus Baru Peredaran Pil Koplo, Dikemas Jadi Vitamin dan Disebar di Daerah Padat Penduduk ini)

Dishub dan pengelola angkutan akan mengevaluasi pengoperasian angkutan lingkungan mulai dari pelayanan dan tarif. Menurutnya, tarif angkutan lingkungan itu sudah berdasarkan kajian di masyarakat.

“Kami ambil jalan tengah, kalau terlalu murah, pengelola dan operator yang rugi. Tapi kalau terlalu mahal masyarakat yang merasa berat. Tarif yang ditetapkan itu sudah kami ambil tengah-tengah, pengelola dan operator tidak rugi, masyarakat juga tidak terlalu berat,” katanya.

Dia menjelaskan soal penghitungan tarif angkutan lingkan. Menurutnya, tarif buka pintu Rp 8.000 itu sudah termasuk satu kilometer pertama.

Setelah itu, penumpang baru dikenai tarif Rp 6.000 per kilometer.

“Jadi kalau dari stasiun ke Makam Bung Karno, tarifnya tidak sampai Rp 25.000. Jarak stasiun ke makam hanya 3,5 kilometer. Berarti penghitungan tarinya Rp 8.000 ditambah Rp 15.000 hanya Rp 23.000,” ujarnya.

(Dikadali Pejabat, Warga di Mojokerto Blokade Jalan ke Galian Tambang)

Dikatakannya, tarif angkutan lingkungan lebih pasti dibandingan dengan becak maupun ojek. Tarif angkutan lingkungan sudah ditetapkan dan dihitung berdasarkan argometer.

Dengan begitu, penumpang sudah bisa memperkirakan tarif yang harus dikeluarkan saat naik angkutan lingkungan. (Surya/Samsul Hadi) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved