Polemik Doktor Honoris Causa Unair
Rektor Unair Tegaskan Pemberian Doktor Honoris Causa untuk Ketum PKB Tak Masalah
Rektor Unair Prof Moh Nasih menjelaskan, proses secara administrasi maupun akademik sudah dilakukan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pemberian gelar doktor honoris causa kepada Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar oleh Unair hampir bisa dipastikan akan tetap berlanjut.
Meski sempat terjadi kontroversi antara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Senat Akademik (SA), surat persetujuan dari Kementerian Ristek dan Dikti telah dikantongi pihak rektorat.
Rektor Unair Prof Moh Nasih menjelaskan, proses secara administrasi maupun akademik sudah dilakukan.
Prosesnya cukup lama dan bukan proses yang tiba-tiba. Proses awal sudah dimulai sesungguhnya pada bulan Juni tahun 2017.
Bulan Juli berbagai arahan dan bimbingan sudah dilakukan promotor kala itu, yaitu Prof Kacung Marijan dan Prof Mustain atau sebaliknya.
“Yang harus diketahui, Muhaimin Iskandar mendapat gelar doktor honoris causa untuk bidang ilmu sosiologi politik. Karena secara keilmuan S1 Muhaimin berada di bidang tersebut. Dan kemudian profesi dan aktivitas nyatanya berada pada posisi dan wilayah politik. Sehingga sosiologi politik menjadi bidang yang kita anugerahkan kepada Cak Imin,” jelasnya ketika dikonfirmasi Surya.co.id, Senin (2/10/2017).
Di fakultas sudah final, artinya usulan di fakultas sudah masuk ke universitas. Kemudian dari sisi universitas sudah menyampaikan pada senat.
(Dapat Gelar Doktor Honoris Causa dari Unair, Muhaimin Iskandar Malah Ngaku Bonyok)
Senat selanjutnya melakukan berbagai macam telah dan pembahasan sudah dilakukan. Setelah senat menyetujui kemudian merekomendasikan atas usulan itu, universitas lalu meminta persetujuan kepada Kemenristekdikti dan juga sudah keluar.
“Yang banyak dipertanyakan terkait naskah akademik, usulan dari bawah dan lain-lain, itu sesungguhnya sudah diterima dari fakultas,” jelasnya.
Di fakultas pun sesungguhnya sudah melalui proses yang sangat panjang luar biasa. Mulai dari BPF, kuliah-kuliah, FGD dan berbagai macam diskusi yang konon melebihi ujian doktor.
Hanya saja karena Cak Imin ini orang politik, menurut Nasih banyak yang suka tetapi banyaj yang tidak suka juga.
“Ketika Cak Imin FGD tidak sempat tertawa. Netes semua keringatnya. Itu saking ketatnya dan saking seriusnya pembahasan-pembahasan itu,” tegas Nasih. (Surya/Sulvi Sofiana)