Tulungagung Belum Bebas Pasung, Seorang Pemuda ini Dirantai Selama Lima Tahun
“Sekarang tidak ada yang berani mendekat kecuali saya. Bapaknya saja dihajar sama dia,” tutur Kiyem, saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/10/2017).
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sebuah rantai dibalut selang warna hijau melingkar di pinggang Riyadi (33), warga RT2, RW2 Dusun Kalimenur, Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir. Riyadi ditempatkan disebuag gubuk reyot dan pengap di depan rumah orang tuanya.
Riyadi dirantai karena mengalami gangguan jiwa. Jika sedang kambuh, anak ketiga pasangan Kiyem (55) dan Rojim (60) ini kerap mengamuk. Bahkan Riyadi dianggap membahayakan orang lain.
“Sekarang tidak ada yang berani mendekat kecuali saya. Bapaknya saja dihajar sama dia,” tutur Kiyem, saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/10/2017).
Kiyem menuturkan, sejak tahun 2005 Royadi bekerja di Malaysia. Namun tahun 2010, Royadi dibawa pulang perusahaan pengerah karena mengalami gangguan jiwa. Sesampai di rumah, Royadi kerap mengamuk.
Riyadi melemparkan bebatuan ke atas genteng rumahnya. Bahkan menurut Kiyem, ada satu gerobak batu yang tersangkut di genteng. Tidak sampai di situ, Riyadi juga membakar rumahnya.
“Waktu itu ada empat kasur yang disusun, ditambah kursi-kursi kemudian disulut dengan korek. Apinya membesar sampai membakar atap rumah saya,” kenang Kiyem.
Karena dianggap membahayakan orang lain, Kiyem meminta agar Riyadi dipasung. Awalnya sejumlah rantai mengikat tangan dan kaki Royandi. Namun karena kasihan, Kiyem meminta hanya satu rantai yang dipasang di bagian pinggang.
Kini setelah lima tahun, setiap hari Kiyem yang melayani Riyandi. Mulai dari memandikan, memberihkan kotoran, memberi makan hingga menyulutkan rokok. Jika sedang kambuh, Riyandi kerap membenturkan kepalanya ke lantai.
“Pokoknya bisa dipastikan, kambuhnya Hari Minggu sampai Senin. Kemudian ngamuk lagi Kamis sampai Jumat,” ujar Kiyem.
Selama lima tahun, ayah satu anak ini belum tersentuh tenaga medis. Kiyem hanya berusaha menyembuhkan anaknya lewat jalur alternatif. “Sudah ada lebih dari 40 dukun yang saya datangi, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkan,” katanya.
Kepala Dusun Kalimenur, Kayani (60) mengatakan, sebelumnya pihak pemerintah desa berusaha mengobatkan Riyadi. Kepala desa telah menyiapkan segala sesuatunya, dan siap membawa Riyadi ke RSJ Sumber Porong, Lawang, Malang. Namun Kiyem menolak rencana itu.
“Alsan ibunya, dia khawatir kalau anaknya mengamuk dan membahayakan orang lain. Dia hanya butuh jaminan, anaknya selamat dan tidak membahayakan orang lain,” terang Kayani.
Kayani mengakui, selama ini Riyadi belum pernah dijangkau tenaga medis. Bahkan ketika ada program pembebasan pasung, keberadaan Riyadi tidak diketahui. Kayani berharap, ada pihak yang memberi pencerahan kepada Kiyem dan keluarganya, sehingga Riyadi bisa diobatkan.
“Pada prinsipnya kami mau Riyadi diobatkan dan sembuh seperti semula. Hanya butuh orang yang bisa meyakinkan keluarganya,” pungkas Kayani. (Surya/David Yohanes)