Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

DBD Mengintai di Tengah Kondisi Cuaca yang Tak Menentu, Masyarakat Kediri Diimbau Waspada

Anomali cuaca menjadi faktor pemicu berkembangnya nyamuk aedes aegypti penyebab DBD, sekaligus menurunnya daya tahan tubuh masyarakat.

Penulis: Isya Anshori | Editor: Dwi Prastika
KOMPAS/AGUS SUSANTO
HUJAN (Arsip) - Hujan mengguyur di perempatan Pangkalan Jati, Kalimalang, Jakarta Timur, Senin (23/12/2019). Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu. 

Poin Penting:

  • Anomali cuaca menjadi faktor pemicu berkembangnya nyamuk aedes aegypti penyebab DBD, sekaligus menurunnya daya tahan tubuh masyarakat.
  • Sepanjang tahun 2024 tercatat ada 542 kasus DBD di Kabupaten Kediri dengan 5 korban meninggal dunia.
  • Masyarakat perlu waspada terhadap gejala awal DBD seperti demam tinggi mendadak, muncul bintik merah di kulit, nyeri sendi, atau sakit kepala hebat. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.

Anomali cuaca yang ditandai dengan panas terik tiba-tiba disusul hujan deras, dinilai menjadi faktor pemicu berkembangnya nyamuk aedes aegypti sekaligus menurunnya daya tahan tubuh masyarakat.

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Kediri, sepanjang tahun 2024 tercatat ada 542 kasus DBD dengan 5 korban meninggal dunia.

Sedangkan hingga Agustus 2025 ini, jumlah kasus tercatat 209 dengan satu korban meninggal. 

Angka tersebut menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 399 kasus dengan lima korban meninggal.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Kediri, dr Bambang Triyono menegaskan, meski ada tren penurunan, kewaspadaan tidak boleh kendor.

Apalagi di musim pancaroba, nyamuk pembawa virus dengue berkembang lebih cepat.

"Kami terus melakukan pemantauan di seluruh wilayah Kabupaten Kediri dan berkoordinasi dengan kecamatan serta desa. Sosialisasi kepada masyarakat juga digencarkan, termasuk gerakan 3M untuk pencegahan DBD," kata dr Bambang saat dikonfirmasi, Kamis (21/8/2025) pukul 10.10 WIB. 

Menurutnya, berbagai langkah sudah dilakukan, mulai dari fogging dan penyemprotan insektisida di daerah rawan, hingga edukasi masyarakat lewat kelompok kerja operasional di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.

Baca juga: Melonjak Kasus DBD di Lamongan Dibandingkan 2024, Capai 671 Penderita

"Upaya ini penting untuk menggerakkan masyarakat bersama-sama dalam pemberantasan sarang nyamuk," imbuhnya.

Sementara itu, Kabid Kesmas dr Ika Tjandra Kusuma menambahkan, kasus DBD berpotensi meningkat karena kondisi tubuh masyarakat lebih rentan sakit saat cuaca berubah-ubah.

"Di musim pancaroba, kasus ISPA, batuk pilek, hingga DBD memang cenderung naik. Suhu dan kelembapan yang tidak stabil membuat imun tubuh turun, sementara nyamuk dan bakteri justru berkembang lebih cepat," jelas dr Ika.

Dia menegaskan, masyarakat perlu waspada terhadap gejala awal DBD seperti demam tinggi mendadak, muncul bintik merah di kulit, nyeri sendi, atau sakit kepala hebat. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved