Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Coffee VW Combi Nonkrong di SLG Kediri, Cara Penikmat Kopi Kenalkan Produk Lokal

Kualitas dan cita rasa produk kopi lereng Gunung Wilis tenyata tidak kalah dengan kopi branded yang telah punya nama.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Yoni Iskandar
Surya/Didik Mashudi
Mobil VW Combi Kas Coffee yang telah dimodifikasi menjadi kedai kopi. 

 TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Kualitas dan cita rasa produk kopi lereng Gunung Wilis tenyata tidak kalah dengan kopi branded yang telah punya nama.

Jika diolah dengan prosedur yang baik dan benar, kopi lereng Wilis juga punya cita rasa yang unggul. Komunitas Kas Coffee telah mencoba mengenalkan produk kopi lokal.

Untuk memperkenalkan produk kopi lokal, salah satu yang dilakukan Kas Coffee dengan melakukan modifikasi mobil VW Combi menjadi mobil kafe.

Mobil ini biasa stand by di sejumlah titik strategis yang biasa menjadi tempat ngumpul anak-anak muda.

Di Kediri, VW Combi Kas Caffee biasa mangkal di kawasan Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Kalau di Tulungagung biasa mangkal di GOR Lembupeteng.

VW Combi ini secara khusus menyediakan menu berbagai jenis kopi produk lereng Gunung Wilis. Mobil juga dilengkapi dengan semua jenis perlengkapan untuk meracik minuman kopi.

Ada kompor gas untuk pemanas air dan alat untuk penggilingan kopi. Kopi yang diseduh merupakan kopi yang baru digiling. Kopi lokal yang disanggrai ditempatkan pada toples kaca.

Desain bentuk interior VW Combi ini disulap mirip dengan mini bar di restoran dan tempat-tempat ngopi. Di dalam mini bar, sang barista juga cukup punya ruang gerak untuk meracik kopi.

Mobil VW Combi bentuknya cukup ideal untuk disulap menjadi mini bar. Ukurannya ruangan mini bar ini lebar 1,3 meter x 2 meter.

Selain cukup untuk tempat duduk barista, di belakangnya juga cukup untuk duduk asisten barista. Pesanan kopi ini masuk lewat asisten kemudian diteruskan kepada barista.

Rifqi, salah satu kru Kas Coffee menyebutkan, pihaknya memang ingin mengangkat keunggulan produk kopi lokal lereng Gunung Wilis.

Sehingga di mobil Kas Coffee hanya memajang kopi robusta Sendang, Kabupaten Tulungagung, kopi Sengunglung Kabupaten Trenggalek dan kopi Alas Putri Wilis dari Kabupaten Kediri.

Ketiga jenis kopi ini menjadi khas produk kopi lereng Gunung Wilis.

Selain memasarkan, Rifqi bersama dengan komunitasnya juga memberikan edukasi kepada petani kopi binannya.

"Kami ikut awasi proses produksi hingga quality kontrolnya. Termasuk kami ajak petani untuk incip- incip bareng rasa kopi produksinya," ungkap Rifqi.

Karena citarasa kopi bakal berbeda jika proses pengolahannya dilakukan secara sembarangan. "Inilah uniknya kopi, kalau beda prosesnya, hasilnya juga berbeda. Sehingga mengolah kopi ada standar operasional prosedurnya (SOP)," tambahnya.

Masalahnya, petani kopi biasanya malas untuk mengikuti SOP. Padahal ada tiga tahapan yang sangat berpengaruh terhadap cita rasa kopi yakni proses di kebun, saat penggorengan dan waktu penyeduhan.

"Proses di kebun ini persentasenya mencapai 60 persen. Pengorengan 30 persen dan 10 persen saat penyeduhan kopi," ungkapnya.

Sehingga untuk dapat mempertahankan cita rasa kopi pihaknya harus selalu bersinergi dengan petani untuk menjaga quality kontrol.

"Makanya kami ajak petani untuk mencicipi bareng kopi hasil produksinya, apakah saat proses produksi ada yang kurang," tambahnya.

Kopi Segunglung banyak ditanam di wilayah Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek. Sementara Kopi Rabusta Sedang Tulungagung ditanam di ketinggian 950 meter diatas permukaan laut (MDPL).

Selain memasarkan melalui gerai mobil VW Kas Coffee, juga ada gerai gerobak kobeng dan di Warkop Candra Nada keduanya buka di Kota Tulungagung.

"Biasanya kami buka sore setelah Magrib dan baru tutup dini hari," ungkapnya.

Ditanya soal omsetnya, Rifqi mengaku cukup lumayan. Namun yang terpenting komunitasnya dapat memperkenalkan produk kopi lokal kepada masyarakat.

"Kami optimistis ke depan produk kopi lokal dapat terus bersaing. Terlebih setelah petani mengikuti SOP saat produksi dan pengolahannya," tambahnya.

Baca: Gerindra Masukkan Nama Moeklas Sidik Sebagai Bacagub, Siapa Dia?

Sementara Harsono (45) penikmat dan pemerhati kopi mengaku salut dengan upaya Kas Coffee memperkenalkan produk kopi lokal.

"Kalau ingin membantu petani kopi, cara yang dilakukan sudah benar memberi edukasi langsung kekepada petani," ungkapnnya.


Karena jika kopi diproses dengan perlakuan yang baik bakal menghasilkan cita rasa yang baik pula.

"Inilah uniknya mengolah kopi, kalau kita perhatian buahnya akan menghasilkan citarasa yang bagus," tambahnya.

Harsono berharap komunitas seperti Kas Coffee yang terdiri anak-anak muda banyak bermunculan sehingga produk kopi lokal dapat terangkat.(Surya/ Didik mashudi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved