Waspada Virus dari Tikus
Musim Hujan, Dinkes Minta Waspada Serangan Virus Tikus, Jika Sudah Flu dan Demam Alamat . . .
Virus tikus yang sekarang heboh ternyata pernah menyerang warga Surabaya. Sehingga masyarakat harus waspada, apalagi musim hujan, jika tidak ...
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Kasus virus leptospirosis disebarkan oleh hewan tikus yang terinfeksi bakteri laptospira sp, ternyata sudah pernah terjadi di Surabaya.
Tepatnya di tahun 2012 lalu, namun warga yang terserang virus tersebut tidak sampai meninggal.
Sekarang, kasus penyakit ini kembali mencuat usai adanya warga RT 10 RW 3 Dukuh Karangan Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung berama Sukatono (49) meninggal pada Sabtu (18/11/2017).
Bapak empat anak itu meninggal usai mengalami gejala sakit mirip dengan pasien yang terjangkit virus leptospirosis.
Tidak hanya itu, usai dilakukan rapid test, dua anak alm Sukatono juga terindikasi suspect positif virus leptospirosis.
Sedangkan istri alm Sukatono, Suparmi (50), dari rapid test memang terindikasi negative suspect, namun saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Univesitas Airlangga Surabaya.
Gara-gara Punya Nama Unik, Pemuda ini Mendapat SIM Gratis dari Polisi
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, kasus leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai saat musim hujan.
“Penyakit ini sudah pernah terjadi di tahun 2012, tapi korbannya nggak sampai meninggal. Nah saat ini muncul lagi kasusnya,” ujarnya, Selasa (21/11/2017).
Menurunya, penyakit ini memiliki gejala mirip dengan sakit flu. Mulanya penderita akan mengalami demam, lalu diikuti dengan sakit pada otot, ngilu otot, lalu akan disertai dengan mata yang memerah.
Jika penyakit sudah parah, maka mata penderita akan menjadi kuning.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau warga masyarakat untuk mewaspadai penyakit musim hujan bukan hanya dengan waspada demam berdarah, melainkan juga penyakit yang datang dari tikus.
Bongkar Masjid, Risma dan Ketua DPRD Surabaya Dilaporkan ke Polda Jatim
Serta jika memiliki hewan peliharaan seperti kucing maupun sapi harus segera divaksin sebab bakteri laptospira sp juga bisa menjangkit hewan tersebut.
“Untuk warga kampung ini, kami akan mengawasi selama kurang lebih dua minggu ke depan. Selama 15 hari ke depan kita akan awasi warga di sini untuk melakukan pemeriksaan, saat ini juga sudah ada pengambilan sampel darah ke sejumlah warga,” tegasnya.
Menurutnya, bagi warga yang mengalami gejala seperti terjangkit virus leptospirosis, maka bisa segera melakuka uji di puskesmas.
Sebab untuk uji rapidtest penyakit leptospirosis sudah bisa dilakukan di semua puskesmas yang ada di Surabaya.
Pasangan Khofifah-Emil Foto Mesra Bareng SBY dan Pakde Karwo, Resmi Diusung Demokrat?
Sedangkan untuk upaya pencegahannya, dikatakan wanita yang juga akrab disapa Fenny ini, berbeda dengan cara mencegah penyakit demam berdarah.
“Jika nyamuk demam berdarah sukanya di tempat yang bersih, nah kalau tikus ini sukanya di tempat yang kotor. Maka langkah pertama untuk pencegahan adalah dengan jaga kebersihan, jangan sampai ada sarang tikus di rumah,” ucapnya.
Penularan virus ini memang melalui urin tikus. Misalnya, memakan makanan atau minuman yang tercemar urin tikus.
Biasanya menempel di alat makan. Atau kontak langsung dengan urin tikus di bantal, kasur ataupun pakaian yang terkena urin tikus.
Selain itu penularan juga bisa terjadi jika kaki tak beralas terkena urin tikus. Terutama jika kaki manusia terdapat luka yang terbuka. Sedangkan penularan dari darah ataupun feses tikus tidak bisa terjadi.
Pasangan Mesum di Kediri Makin Marak, Seks Resleting Demi Bisa Indehoi di Warung
Disampaikan Febria, untuk kondisi Suparmi, saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga.
Sedangkan untuk dua anaknya yaitu yang berusia 18 tahun dan tiga tahun, meski positif suspect di rapid test, keduanya sudah dipulangkan dari rumah sakit lantaran tidak ada indikasi untuk rawat inap.
“Meski negative, sampel darah ketiganya dan juga ginjal dari sebanyak 28 ekor tikus sedang kita bawa ke Salatiga untuk uji laboratorium. Kemarin kita dapat 20 tikus, hari ini dapat 8 tikus. Kira-kira 7 sampai 10 hari hasilnya bisa keluar,” terangnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso menyatakan, bahwa di Jawa Timur ini kasus di Surabaya ini merupakan yang pertama untuk penyakit virus leptospirosis. Sebelumnya suspect untuk penyakit ini belum terjadi.
“Kalau suspect penyakit leptospirosis ini baru pertama kali di Jawa Timur. Sebelumnya belum pernah ada. Tapi kalau kasus ini di RSUD Dr Soetomo bisa jadi ada beberapa kasus, tapi kami belum dapat datanya,” bebernya.
Ditangkap Satpol PP, Anak Pengusaha ini Digunduli dan Dihukum Keras, Begini Kondisinya
Ia mengingatkan pada warga Jawa Timur unruk menjaga kebersihan. Sebab adanya tikus ini didentik dengan tempat yang kotor. Oleh sebab itu, penularan sangat berpotensi di tempat yang kotor dan lembab.
“Bakterinya ada ada urin. Jika urin yang ada di bakteri itu ada di tempat lembab, bisa bertahan lama. Tapi kalau kena matahari langsung, 10 menit saja bakterinya sudah mati,” tegasnya.
Untuk itu, jika ada gelaja yang mengenai warga, maka ia menyarankan warga untuk segera ke ruma sakit. Agar segera dapat vaksin yang tepat dan tidak sampai parah.
Begitu juga kalau memiliki hewan peliharaan agar rutin diberi vaksin agar tidak menularkan ke manusia.
“Bakteri ini, pada hewan parasitnya tidak mematikan, tapi bagi manusia yang terinfeksi sifatnya mematikan,” kata Kohar. (Surya/Fatimatuz Zahroh)