Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gunung Agung Meletus

Terjadi Gempa Tektonik 3,1 SR karena Pergerakan Magma, PVMBG Minta Lebih Tingkatkan Kesiapsiagaan

Pada Rabu (29/11/2017) sekitar pukul 20.17 Wita, PVMBG merekam terjadi gempa tektonik lokal dengan skala 3.1 SR.

Editor: Edwin Fajerial
TWITTER
Gunung Agung di Karangasem Bali meletus mengeluarkan asap hitam pada 21/11/2017 pukul 17.35 WITA. Status Siaga (level 3). Masyarakat dihimbau tetap tenang. Tidak usah panik. Jauhi radius 6-7,5 km sesuai rekomendasi PVMBG. 

TRIBUNJATIM.COM, DENPASAR - Pada Rabu (29/11/2017) sekitar pukul 20.17 Wita, PVMBG merekam terjadi gempa tektonik lokal dengan skala 3.1 SR.

Pusat gempa berada di 13 Km timut laut, Karangasem, Bali dengan kedalaman 10 Km.

Bahkan, gempa sampai dirasakan di wilayah Amed dan sekitarnya.

"Gempa tadi 3,1 SR. Gempa tektonik lokal yang terjadi karena pergerakan magma. Dengan gempa sebesar ini, di saat Gunung Agung dalam fase kritis seperti ini, kita harus lebih tingkatkan kesiapsiagaan kita," jelas Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana.

Devy menegaskan, untuk kondisi saat ini, semakin banyak gempa besar yang terjadi, semakin besar pula kemungkinan Gunung Agung mengalami letusan lebih besar dari sebelumnya.

"Perlu diketahui, untuk menghasilakan gempa sebesat itu, tentu membutuhkan volume magma yang besar. Terlebih saat ini magma sudah di permukaan kawah," jelas Devy. 

Diberitakan sebelumnya, Gunung Agung terus mengalami erupsi dan mengepulkan asap abu vulkanik hingga Rabu (29/11/2017).

PVMBG pun telah mengestimasi besaran indeks letusan Gunung Agung yang terjadi sejak tanggal 21 September lalu, hingga letusan  terbesarnya, Selasa (28/11/2017) sore yang diikuti dengan tremor overscale.

"Rekaman tremor overscale Selasa (28/11/2017) kemarin itu, merupakan letusan terbesar yang dialami Gunung Agung selama krisis ini berlangsung atau sejak bulan September lalu. Kita lalu mencoba estimasi besaran letusan itu dengan skala ideks letusan Volcanic Explosivity Index (VEI)," jelas Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Rabu (29/11/2017). 

Berdasarkan besar letusan dan dampak yang ditimbulkannya, PVMBG mengestimasi jika indeks letusan Gunung Agung, Selasa (28/11/2017) masih berada di skala kurang dari VEI-2 .

Besaran letusan ini jauh lebih kecil dari pada letusan terbesar Gunung Agung tahun 1963 lalu yang mencapai VEI-5 lebih. 

"Letusan ini tidaklah besar dibandingkan tahun 1963 lalu dan semoga saja terus menurun aktivitas vulkaniknya. Tapi berdasarkan data kami sejauh ini, baik dari sisi kegempaan, deformasi, Geokimia, dan citra satelit, kecenderungan masih akan ada letusan-letusan berikutnya. Ini karena kita masih merekam adanya pertumbuhan magma. Data masih terus bergerak," jelas Devy. 

Berdasarkan evaluasi tim PVMBG, Rabu (29/11/2017) periode 00.00 Wita sampai 18.00 Wita, Gunung Agung masih terus mengalami erupsi magmatik.

Intensitas abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Agung Rabu (29/11/2017) relatif lebih kecil yakni setinggi 2.000 meter, dari pada hari sebelumnya yang mencapai 3000 hingga 4000 meter.

Sementara, secara deformasi, tubuh gunung Agung juga masih mengalami inflasi (pengembungan) yang cukup signifikan.

Sementara secara Geokimia, di sekitar kawah Gunung Agungterdeteksi kadar So2 (Sulfur Dioksida) mencapai 2000 sampai 3000 ton. 

"Ini menandakan magma berada di kedalaman dangkal. Sebagai  perbandingan, sebelum Merapi memasuki letusan terbesarnya tahun 2010 lalu, kadar So2  1000 ton. Kalau Gunung Agung saat ini sudah melebihi itu," jelas Devy Syahbana.

Dari citra satelit Nasa juga masih terdeteksi penumbuhan lava di kawah Gunung Agung.

Artinya jumlah lava semakin banyak, dan masih berpotensi menghasilkan letusan lanjutan.

Satelit merekam adanya lava di permukaan kawah, dan energi termal menunjukan semakin banyak.

Dua hari lalu, satelit menangkap energi termal sebesar 51 Megawatt, dan kemarin (28/11/2017) malam, energi termal nyaris dua kali lipat yakni 97 megawatt.

Artinya, ini ada pertumbuhan energi termal di kawah. 

"Kalau ditanya apakah ada kemungkinan letusan lebih besar? Ya bisa iya, bisa tidak. Tergantung data dari gunung itu. Jika nanti data mulai dari kegempaan, deformasi, Geokimia, hingga termal mengalami peningkatan signifikan, perlu diwaspadai letusan lebih besar. Tapi kalau datanya stagnan, letusannya juga bisa stabil terus seperti saat ini sampai nanti aktivitas vulkanik Gunung Agung kembali normal. Kita tentu berharap semua akan normal kembali," jelasnya. 

Dengan kondisi aktivitas Gunung Agung yang semakin meningkat saat ini, Devy Kamil Syahbana kembali mengimbau masyarakat untuk tenang namun tetap meningkatkan kewaspadaan.

Ia menegaskan tidak boleh ada aktivitas di radius 10 kilometer dari kawah Gunung Agung. 

"Kalau sudah di luar radius itu, mereka tidak akan terkena lontaran material, abu vulkanik lebat, atau awan panas. Paling  ancaman bahayanya saat ini adalah abu vulkanik. Masyarakat jika beraktifitas diluar rumah harus pakai masker karena dapat mengganggu pernafasan. Sifat abu vulkanik yang bersifat asam jika turun bersama hujan dan terkena kulit bisa sebabkan gatal," jelas Devy.

Berita di atas sebelumnya telah dipublikasikan di Tribun Bali dengan judul Gempa 3,1 SR karena Pergerakan Magma, PVMBG: Tingkatkan Kesiapsiagaan

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved