TOP 5 Jawa Timur
Dari Pengungsi Banjir Pacitan Tercatat Berkurang hingga Nelayan Tangkap Ikan Pakai Alat Terlarang
Berikut lima berita terpopuler Jawa Timur di TribunJatim.com, pada Minggu (10/12/2017):
Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berikut lima berita terpopuler Jawa Timur di TribunJatim.com, pada Minggu (10/12/2017):
1. Hampir Dua Pekan Pasca Pacitan Dilanda Banjir dan Longsor, Pengungsi Tercatat Berkurang 50 Persen
Bencana banjir sekaligus longsor di Kabupaten Pacitan menjadi peristiwa yang sulit dilupakan.
Puluhan rumah dilaporkan rusak dan ribuan orang dilaporkan mengungsi.
Pada tanggal 4 Desember 2017, dilaporkan warga yang mengungsi mencapai 16.953 orang.
Namun pada Minggu (10/12/2017) Jumlah pengungsi sudah berkurang menjadi 8.019 jiwa.
Itu artinya, para pengungsi sudah berkurang hampir 50 persen dari jumlah awal.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengatakan, jumlah pengungsi yang berkurang karena mereka sudah berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing.
"Namun yang masih mengungsi ini, sebagian besar karena rumahnya rusak total, akibat banjir dan tanah longsor," tukas Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut pada Minggu (10/12/2017).
2. Ini yang Dilakukan Pemprov Jatim untuk Pulihkan Pacitan yang Rugi Rp 580 M Akibat Banjir dan Longsor
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mendampingi Presiden RI, Joko Widodo meninjau lokasi bencana alam di Pacitan, Jawa Timur pada sabtu (9/12/2107).
Soekarwo mengatakan, pihak pemprov Jatim akan fokus dalam pemulihan infrastruktur jalan yang alami kerusakan akibat bencana banjir dan tanah longsor beberapa waktu lalu.
Pemprov Jatim juga berencana akan tangani perbaikan rumah warga dan penanganan pasca banjir.
Ada pula pembersihan sampah pada fasilitas umum, dan percepatan pemulihan aktifitas ekonomi maupun sosial dari masyarakat yang terkena dampak dari bencana alam tersebut.
"Progres sudah sesuai rencana, saat ini kondisinya sudah diperbaiki, masyarakat sudah bisa gunakan untuk aktifitas sehari-hari," ungkap Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan, total kerugian yang dialami oleh Pacitan sementara terhitung mencapai Rp 580,9 Miliar.
Untuk tunjangan hidup warga pasca terkena dampak bencana alam, Pemprov Jatim kucurkan tunjangan hidup sebesar Rp 900 ribu per orang/bulan selama tiga bulan.
Tunjangan tersebut diberikan, untuk masyarakat yang tidak bisa bekerja dan rumahnya rusak.
3. Kondisi Jalan Nasional Surabaya-Lamongan Mengerikan, Rusak, Berlubang, Bergelombang, dan . . .
Pengendara yang melintas di Jalan Raya Nasional Surabaya - Lamongan harus berhati-hati.
Pasalnya, di sejumlah titik di Kota Lamongan kondisinya sangat membahayakan. Rusak dan berlubang, sehingga sangat rawan terjadi kecelakaan.
Hal ini misalnya terlihat di Jalan Pangliman Sudirman dan Jalan Jaksa Agung Suprapto
Kondisi tersebut juga terjadi di sejumlah titik jalan lan. Selain berlubang, juga bergelombang.
Kerusakan jalan itu terjadi hampir merata di seluruh kawasan Lamongan, mulai dari Kecamatan Babat yang berbatasan dengan Bojonegoro hingga Kecamatan Deket yang berbatasan dengan Gresik.
Dalam beberapa hari terakhir kecelakaan lalu lintas terjadi karena jalan rusak tersebut hingga menyebabkan nyawa melayang.
Bahkan, pada 2 Desember lalu, dalam sehari dua nyawa melayang karena terperosok jalan berlubang di kawasan jalan poros ini, yaitu di sekitar Stadion Surajaya Lamongan dan di Desa Rejosari, Kecamatan Deket.
Korban tewas setelah jatuh akibat terperosok dan tertabrak kendaraan yang ada di belakangnya.
Banyaknya jumlah kecelakaan di jalur poros Pantura, membuat Satuan Lalu Lintas Polres Lamongan terus intens melakukan pemeriksaan.
Kasatlantas Polres Lamongan, AKP Anggi Ibrahim Saputra menjelaskan, setiap hari anggotanya berjaga dan berpatroli di sepanjang jalur poros ini.
"Anggota Satlantas tidak pernah absen dalam pengaturan arus lalu lintas di wilayah Lamongan,“ katanya, Minggu (10/12/2017).
Pengaturan lalu lintas adalah bentuk pelayanan prima pihak Kepolisian khususnya Polres Lamongan dan diharapkan masyarakat dapat beraktifitas dengan aman, lancar dan nyaman.
Selain banyak jalan yang rusak dan berlubang, juga perlintasan rel KA yang posisinya tidak rata dan sering membuat pengguna jalan terjatuh.
Dampak lain kemacetan arus lalin kerap terjadi apalagi saat hujan turun. Semua jenis kendaraan harus mengurangi kecepatan, tak terkecuali roda dua, motor.
Petugas pun harus ekstra berdiri memandu kendaraan yang hendak melintas.
"Kami berharap ada upaya dari pihak terkait untuk segera dan selalu memperbaiki jalan. Langkah ini sebagai upaya untuk meminimalisir laka lantas di di titik perlintasan KA dan jalan nasional yang berlubang," tegas Anggi.
Sementara itu Pemkab Lamongan berharap Pemerintah Pusat segera memperbaiki sejumlah titik yang terdapat lubang atau bergelombang di jalur nasional yang melintas di wilayah Lamongan sebagai antisipasi kecelakaan.
"Kami berharap agar pemerintah pusat segera memperbaiki sejumlah titik yang berlubang atau bergelombang di jalur nasional yang melintas di wilayah Kabupaten Lamongan," terang Wakil Bupati Lamongan, Kartika Hidayati.
Perbaikan di jalur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat tersebut dipastikan akan dapat mengantisipasi semakin banyaknya korban kecelakaan.
Bupati Lamongan Fadeli juga berharap sama. Dia mengaku sudah menyampaikan persoalan ini ke pemerintah pusat dan provinsi.
"Kami tidak henti-hentinya, sebetulnya saya sudah koordinasi ke level atas, Pemerintah Pusat dan Provinsi, Saya sampaikan ke Balai Besar, terus komunikasi dengan wilayah jalan itu," tegasnya.
Bahkan, Pemkab Lamongan sampai menawarkan untuk melakukan perbaikan jalan bergelombang dan berlubang ke Balai Besar.
"Kalau boleh yang jeglong-jeglong (berlubang, red) saya pelihara, tapi tidak boleh, karena bukan kewenangan kabupaten," kilahnya.
4. Ngopi Bareng Kenalkan Destinasi Wisata, Pejabat Disuguhi Warga Minuman Tradisional ini
Pengenalan destinasi wisata Kayuemas di Situbondo dilakukan dengan cara unik, yakni ngopi bareng, Sabtu ( 09/12/2017) malam.
Ngopi bareng diikuti oleh semua pejabat Forpimda di Situbondo. Mulai Bupati Situbondo Dadang Wigiarto dan Wakil Bupati, pejabat Forpimda lainnya.
Saat ngopi bareng yang digelar di PTPN XII Kebun Kayuemas, Kecamatan Arjasa tersebut, para pejabat disuguhi kopi Arabika serta minuman tradisional hasil kreasi masyarakat Desa Kayuemas. Diantaranya, Teh Daun Kopi, Temulawak, Beras Kencur dan Sirup Jahe.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR), Gatot Siswoyo mengatakan, terselenggarana acara ngopi bareng ini, merupakan kerja sama Dinas PUPR, Kepala Desa Kayuemas, PTP Nusantara XII Kayuemas.
Selain itu, ngopi bareng dalam rangka Hari Bakti PU ke 72 dan pengenalan destinasi wisata Kayuemas, juga digelar beberapa kegiatan. Yakni, kegiatan Hotmil Qur'an, Lomba Foto dan Adventur.
"Ini kita lakukan untuk mengenalkan destinasi destinasi wisata Kayuemas dan pesonanya mempersiapkan diri dalam kunjungan wisata," katanya.
Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto menjelaskan, ngopi barengtidak hanya sebagai simbul, bahwa kita semuanya yang berkeinginan karena ada cita cita besar.
"Desa ini merupakan desa perbatasan dengan kabupaten tetangga, yaitu Kabupaten Bondowoso,"katanya.
Menurutnya, membangun daerah pinggiran menjadi perioritas presiden, sehingga kabupaten dan kota maupun propinsi mempunyai kewajiban mengkuti cita cita presiden tersebut.
Meskipun persoalan pendanaan, kata Dadang, bukan sesuatu yang ringan bagi daerah seperti Situbondo ke daerah kecil . Akan tetapi kita masih memiliki semangat dengan cara mencicil bertahap pembangunan itu.
"Kita punya keinginan dan Insya Allah tahun 2018 sisa jalan yang masuk ke PTP Nusantara ini akan diperbaiki, karena saat ini masih makadam dan kalau musim seperti ini becek," katanya.
Jika pada tahun 2018 Situbondo mampu menyelesaikan dan sudah dimediasi permintaan itu melalui Bakorwil agar Propinsi Jatim ikut memberikan dukungan, sehingga Kabupaten Bondowoso yang berbatasan dengan situbondo dengan jarak yang hampir sama dan belum beraspal akan tersangbung.
"Insya Allah tahun 2018 akansama sama menjalankan pembangunan untuk nyambung antara Situbondo dan Bondowoso itu," harapnya.
Tentu, ini merupakan kabar yang mengembirakan bagi masyarakat Kayuemas, karena sudah sejak lama diimpikan oleh masyarakat disini.
Dengan terbukanya akses Bondowoso dengan Situbondo, kata Dadang, pihaknya berharap kekuatan kekuatan ekonomi di wilayah perbatasan ini akan mampu menyumbangkan perputaran ekonomi yang ada di desa ini.
Kenapa saya katakan bukan hanya Desa Kayuemas, karena ketika perbatasan dibuka maka akan memberikan alternatif bagi masyarakat umum. Terutama para wisatawan yang akan menuju lokasi obyek wisata kawah ijen di Bondowoso.
Dadang berharap dengan melewati Kayuemas itu menjadi alternatif telah terhubung, kits baru akan merasakan.
Bahwa jalan penghubung di Kayuemas ini tidak akan mampu secara normal melayani masyarakat yang lalu lintasnya akan diperkirakan padat dan ini perlu ada pelebaran jalan harus menjadi pertimbangan nantinya.
"Baru setelah kita buka akses, wah jalanya kurang lebar dan setelah dilebarkan kita butuh penerangan jalan. Artinya apa, bahwa pembangunan itu tidak akan pernah selesai, sebab kebutuhan manusia terus berkembang. Untuk itu Pemkab akan memfasilitasi semuanya sehinngga dapat dijadikan kekuatan ekonomi dan akan berkembang dengan baik," jelasnya.
Selain itu, pada tahun 2018 ini juga, Dinas perdagangan akan membangun pasar untuk menampung seluruh hasil perkebunan masyarakat yang ada di Desa Kayuemas tersebut.
"Kita akan mengkhususkan pasar itu dan bukan pasar umum, akan tetapi pasar yang dijadikan tempat transaksi hasil perkebunan masyarakat," pungkasnya.
5. Jelang Larangan Cantrang, Nelayan di Pantura Ramai-ramai Tangkap Ikan Pakai Alat Terlarang
Larangan melaut menggunakan jaring payang atau cantrang akan diberlakukan oleh pemerintah, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tiga minggu lagi.
Akibatnya, para nelayan benar-benar memanfaatkan waktu jelang deadline tersebut untuk tetap menggunakan jaring terlarang dalam mencari ikan di laut.
Hal itu, misalnya dilakukan para nelayan Pantai Utara (Pantura) di Paciran, Weru dan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Nelayan dengan perahu besar tetap seperti biasa menggunakan alat tangkap jaring payang atau cantrang.
Menurut nelayan, apa yang dilakukan itu karena saat ini menangkap ikut menggunakan cantrang masih dibolehkan.
"Masih biasa, nelayan menangkap ikan pakai prayang," ujar Mukhlisin, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan, Minggu (10/12/2017).
Meski demikian, pihaknya bersama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan, terus berupaya meyakinkan kepada para nelayan, untuk tetap mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh menteri KKP.
Jika alat tangkap yang menurut pemerintah bisa merusak ekosistem laut dan populasi ikan tetap dipakai pada saatnya nanti akan dihadapkan dengan masalah.
Minimal akan merasa dihantui dengan aturan yang diberlakukan KKP.
Ia juga menyebutkan dalam setiap momen, HNSI selalu memberikan pemahaman, agar nelayan dalam melaut selain menjaga keselamatan serta patuh aturan.
HNSI berupaya tetap memberikan pemahaman dan sosialisasi ke nelayan, kalau per 1 Januari 2018 larangan menggunakan payang atau cantrang diberlakukan.
Meskipun alat tangkap ramah lingkungan bantuan dari kementerian KKP masih tergolong masih kecil bila dibandingkan dengan daerah lain yang mencapai ratusan.
Namun HNSI tetap berharap nelayan lambat laun menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, untuk melindungi kehidupan biota laut dan menjaga kelestariannya.
Nelayan Lamongan harus menyadari akan kepentingan kelanjutan kehidupan populasi ikan laut.
Jika bantuan alat tangkap itu, kalau tidak diterima ya nelayan Lamongan akan ketinggalan momentum.
Nelayan Lamongan, ungkapnya, sudah dua kali menerima bantuan alat tangkap ikan baru .
Dengan rincian mendapatkan sekitar 102 nelayan, itu sudah termasuk bantuan alat tangkap ramah lingkungan yang diberikan di Brondong beberapa waktu lalu berjumlah 18 alat tangkap ramah lingkungan.
Alat tangkap untuk Lamongan yang hanya 18 ini sebenarnya sudah di warning dari Kementrian KKP, karena daerah lain seperti Tuban dan Gresik sudah mendapatkan ratusan alat tangkap ramah lingkungan.
"Kami tidak pakai cantrang, tapi prayang. Prayang itu beda dengan cantrang," kata Fandil nelayan lain.
Sementara itu, meski saat in kondisi cuaca tergolong ekstrim, nelayan di Pantura tetap melaut seperti biasa.
Sekarang ini anginya masih biasa saja tenang, meski terkadang muncul angin dan gelombang tinggi.
Tapi tambah kalau anginya besar dan gelombang sudah tinggi biasanya pada bulan akhir Februari dan awal Maret.