Demo Tolak Garam Impor Ricuh, Ketua PMII Tumbang dan Dilarikan ke Rumah Sakit
Ketua PMII ini harus menjadi korban saat memimpin demo menolak impor garam jutaan ton.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN – Unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pamekasan bersama puluhan petani garam, menolak garam impor 3,7 juta ton, di halaman DPRD Pamekasan, berlangsung ricuh, Jumat (9/2/2018).
Dalam unjuk rasa yang berlangsung dua jam itu, Ketua PMII Cabang Pamekasan Mohammad Fadli ambruk, kemudian muntah-muntah lalu pingsan, setelah bentrok dengan aparat.
Sehingga Fadli terpaksa digotong petugas medis dibawa ke mobil ambulan yang sudah dipersiapkan dan dibawa ke RSUD dr Slamet Martodirjo, Pamekasan.
Kericuhan ini dipicu aksi pengunjuk rasa yang ditemui Ketua Komisi IV DPRD Pamekasan, Apik dan anggotanya itu, lantaran keinginan mereka agar dewan mendatangkan Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Penanaman Modal Pelayanan dan Perizinan Satu Pintu, tidak dipenuhi dengan alasan bukan agendanya.
Seminggu Dipenjara, Siswa yang Aniaya Guru Hingga Tewas Sempat Linglung, Begini Kondisi Terbarunya
Akibatnya, mereka yang berunjuk rasa dengan membawa dua arco berisi garam rakyat diambil dan ditaburkankan kea rah aparat kepolisian dan anggota dewan yang berdiri di depan pintu belingsatan.
Apalagi di antara mereka berusaha menerobos pagar betis aparat kepolisian.
Dalam hitungan menit, kericuhan antara pengunjuk rasa dengan aparat kepolisian tidak terhindarkan.
Sebagian petugas yang tersulut emosi lantaran matanya perih ditaburi garam berusaha mengejar pengunjuk rasa, yang diduga menjadi penyebabnya lalu dibawa masuk.
Kala itu, pengunjuk rasa yang membawa miniatur keranda dan sejumlah poster, mundur dan kocar-kacir lantaran dikejar aparat.
Usai SMS Ayahnya, Gadis Cantik ini Langsung Bunuh Diri Melompat ke Sungai, Kisahnya Mirip Sinetron
Sedang pengunjuk rasa lainnya masih tetap ingin masuk dan minta temannya yang dibawa itu dilepas.
“Tolong teman saya yang dibawa masuk Pak Polisi ke dalam kantor dewan, dikeluarkan. Kami ke sini bukan untuk anarkis, tapi kami ingin bertemu dengan pejabat yang menangani masalah garam,” kata pengunjuk rasa di hadapan petugas.
Setelah sitausi mereda dan petugas kembali ke posisi semula membuat pagar betis di depan pintu kantor DPRD, pengunjuk rasa berangsur-angsur kembali dan melanjutkan orasinya, menghendaki agar pemerintah membatalkan dan mengembalikan garam impor.
Mereka beralasan, garam impor yang sudah terlanjur masuk ke Jawa Timur, beberapa hari lalu, mengancam kehidupan petani garam, khusunya di Madura, termasuk Pamekasan, yang merupakan penghasil garam cukup besar.