Pilgub Jatim 2018
Pengamat Dari Unair : Elektabilitas Khofifah-Emil Bakal Menguat Jika Peran Emil Lebih Dimaksimalkan
hasil survei keunggulan tipis untuk pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak dalam Pilgub Jatim.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengamat politik Unair Fahrul Razziqi ikut berkomentar tenntang hasil survei Litbang Kompas yang mengeluarkan hasil survei keunggulan tipis untuk pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak dalam Pilgub Jatim.
Hasilnya, pasangan nomor urut 1 ini unggul elektabilitas di empat dari enam zonasi wilayah dengan hasil survei 44,5 persen.
Kemudian dari enam zona pemilih wilayah Jawa Timur, Khofifah-Emil unggul di empat wilayah. Hal ini menunjukan tren elektabilitas pasangan nomor satu ini meningkat.
“Kalau sedari awal justru Gus Ipul Bu khofifah potensi naik sudah relative. Bu Khofifah potensi terus naiknya sangat besar. Itu perlu dipertahankan kalau bisa ditingkatkan,” kata Fahrul, Senin (12/3/2018).
Baca: Elektabilitas Khofifah-Emil vs Gus Ipul-Mbak Puti Cuma Beda 0,5 Persen! Begini Survei dari Kompas
Menurutnya, Khofifah bisa menggenjot elektabilitas dengan memaksimalkan suara dari Emil. Bupati Trenggalek nonaktif dinilai pasangan yang tepat untuk mendulang suara di sejumlah wilayah.
“Sekarang yang perlu digenjot wakil dari pasangan calon. Celah itu bisa dimanfaatkan pak Emil untuk memaksimalkan elektabilitasnya,” jelasnya.
Berdasarkan data Litbang Kompas data terbaru menunjukan pasangan Emil unggul di empat wilayah Jawa Timur.
Mulai dari Mataraman Pesisir (Bojonegoro, Lamongan, Tuban) 54,1 persen, Mataraman (Pacitan, Madiun, Magetan, Ponorogo, Trenggalek, Nganjuk, Blitar, Tulungagung) duo NU ini unggul di angka 47,2 persen.
Sedangkan untuk wilayah Madura (Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep) Khofifah meraih 50,7 persen, dan wilayah Osing (Banyuwangi) menjadi milik Khofifah-Emil dengan 53,1 persen.
Baca: Driver Online Surabaya Terjerat Cicilan Mobil, Terus Bertambah, Ada GPS Palsu
Senada yang dikatakan Fahrul, Arya Fernandez Peneliti CSIS (The Centre for Strategic and International Studies) menilai pasangan Khofifah-Emil terus mengejar pasangan Gus Ipul-Puti.
Kontribusi Emil Dardak di sejumlah wilayah memberi dampak suara terhadap pasangan ini.
“Sisi zonasi faktor-faktor politik masa lalu akan mempengaruhi pilihan Khofifah. Begitu juga dari sisi wakil kontribusinya mempengaruhi. Tingkat pengenalnya tingkat keterpilihan personal. Karena pertarungan personal. Faktor yang menemui faktor personal kandidat,” tutur Arya.
Kemudian, Arya menilai adanya kerapuhan pilih dari kader, simpatisan partai Gus Ipul dan Khofifah. Sementara dukungan mesin partai semakin Khofifah-Emil semakin solid.
“Pemilih ini otonom. Bisa saja mereka punya pilihan berbeda dengan dukungan partai mereka.Dalam banyak pilkada. Pemilh partai politik tidak linier dengan usungan partai. Karena pemilu kan otonomi punya metode sendiri punya penilaian sendiri. Bila terjadi posisi itu. Partai tidak punya kuasa 100 persen untuk menentukan pilihan, kader, simpatisan,” ucapnya.
Baca: Naik Motor, Pria Ini Tewas Terlindas Truk Gandeng, Pengakuan Sopir Truknya Miris, Lihat Kronologinya
Sementara Khofifah yang memiliki label Nahdlatul Ulama disebut akan terus memengaruhi pilihan kader partai. Kemudian, Puti Guntur Sukarno yang bukan warga Jawa Timur tidak memberi pengaruh elektabilitas.
“PDIP. Dibawah 50 persen. Itu menarik sisi itu tidak mengakar. Puti diimpor dari Jawa Barat. Karena tidak mengakar di Jawa Timur. Sementara PKB tidak begitu optimal karena basis lari ke Khofifah. Kalau Khofifah ambil suara PKB itu akan membantu Khofifah,” pungkasnya.
Baca: Heboh, Uang Nasabah BRI Ngadiluwih Kediri Hilang secara Misterius
Tidak hanya itu dari survei, ternyata partai pengusung Khofifah-Emil sangat mempengaruhi pilihan. Dari hasil survei menyebutkan PAN 78,6 persen, Hanura 66,7 persen, Partai Golkar 44,7 persen, Partai Demokrat 41,4 persen, Partai Nasdem 38,5 persen, PPP 33,3 persen. Sementara, Ipul-Puti dari Partai Gerindra 57,7 persen, PKB 47,5 persen, PDIP 45,5 persen, PKS 36,4 persen. (Fatimatuz Zahroh)