Kisah Ali Mansur, Nelayan yang Puluhan Tahun Sulap Pantai Tuban Dengan Jutaan Mangrove
Hamparan luas kebun mangrove di Pantai Tuban adalah hasil besutan tangan seorang nelayan bernama Ali Mansur selama puluhan tahun.
Penulis: M Sudarsono | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Tak banyak yang mengira, jika hamparan luas kebun mangrove yang berada di Desa/ Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban merupakan hasil besutan tangan seorang nelayan.
Dialah Ali Mansur. Sosok pria kelahiran Tuban, 15 Agustus 1960 itu kini mulai dikenal khalayak atas dedikasinya yang luar biasa terhadap dunia lingkungan.
Dia mengawali menanam di area pantai sekira tahun 1974, saat kondisi pantai sekitar mulai rusak akibat ulah penambang pasir yang tidak bertanggung jawab.
"Saya mulai menanam mulai tahun 1974, saat itu saya masih nelayan dan juga mondok," kata suami Siti Maslikah saat dijumpai Surya di kantornya Mangrove Center Jenu, Senin (16/4/2018).
Dia menceritakan awal mula kerja kerasnya itu hingga kini berhasil terbentuk kebun mangrove. Dengan kegigihannya, Mansur menanam mangrove mulai tahun 1974 hingga 1997 secara sendiri.
Namun demikian, tidak membuat tekadnya untuk merubah lingkungan menjadi surut.
"Selama 23 tahun saya menanam sendiri, niat saya tidak macam-macam, yaitu hanya merawat lingkungan," ujar bapak dua anak ini.
Setelah tahun 1997, dia mulai membentuk kelompok tani bagi warga desa setempat, yang ditujukan bagi pencinta lingkungan.
Alhasil, wadah lokal bernama kelompok tani Wana Bahari itupun masih eksis sampai sekarang, dan tetap memberikan kepedulian bagi alam.
"Sampai sekarang kita masih menanam, sudah ada jutaan mangrove yang tertanam," terangnya.
Kegigihan Mansur tak terhenti mesti dia berhasil membentuk kelompok tani. Lebih dari itu, Mansur yang kini sebagai guru madrasah itu terus berkarya di bidang lingkungan.
Dia terus membentuk kelompok, hingga sekarang terbentuk yayasan mangrove center, yang kini sudah dikenal seantero tanah air karena telah berkontribusi terhadap keberlangsungan alam.
Buah karya yang saat ini masih eksis untuk dikirim ke kabupaten atau provinsi luar Jawa adalah Cemara.
"Cemara sekarang di kirim ke Jatim, Jateng, Jabar, Bali, NTB, Lampung, Kalsel, dan Papua. Ya daerah-daerah itu untuk penghijauan juga," paparnya sambil menunjukkan bibit mangrove.
Karena kegigihannya tersebut, pria berusia 58 tahun itu mendapat sejumlah penghargaan atas dedikasinya di bidang lingkungan.