4 Tanggapan Soal Viral Kasus Intimidasi di CFD, Korban Wanita Lapor Polisi, Mahfud MD Menangis
Kasus dugaan aksi intimidasi yang dilakukan sejumlah orang yang mengenakan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden terhadap seorang ibu dan anak.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Edwin Fajerial
Menurutnya, aksi massa yang melakukan sejumlah tindakan, satu diantaranya mengibaskan uang kepada ibu itu, bukan merupakan bentuk intimidasi.
Politisi Gerindra ini mempertanyakan apa yag dimaksud dengan 'mengintimidasi'.
"Saya kira tidak ada intimidasi, jangan seolah-olah peristiwa besar (dianggap) mengintimidasi, intimidasi bagaimananya?," ujar Fadli, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (30/4/2018).
Ia menganggap apa yang dilakukan oleh massa yang memakai kaos #2019GantiPresiden dalam Car Free Day (CFD) tersebut masih dalam batas wajar.
3. Istana
Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki mengimbau semua pihak untuk menjaga situasi politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tetap kondusif, tanpa melakukan intimidasi orang yang berbeda pilihan.
"Mestinya tidak boleh ada upaya intimidasi semacam itu (intimidasi di CFD antar dua pihak). Pilihan terhadap Presiden pada 2019 itu adalah kebebasan semua orang," tutur Teten dalam pesan singkatnya, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Teten menilai, pro dan kontra terhadap pemerintah suatu hal yang biasa, apalagi banyak tuntuntan masyarakat yang secara bersamaan harus direspon oleh pemerintah.
"Tidak mungkin semua orang puas dengan Pemerintah, meskipun data survei Kompas kepuasan terhadap pemerintah terus membaik," ujar Teten.
4. Mahfud MD

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD angkat bicara.
Menurut Mahfud, memilih presiden adalah hak pribadi namun tetap ada mekanisme konstitusionalnya.
Mahfud juga menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut dan berharap bahwa video itu adalah hoax.
"Mau ganti Presiden itu hak, mau mempertahankan Presiden itu hak. Silahkan saja, itu ada mekanisme konstitusionalnya.
Tapi hati saya sangat tersayat dan menangis jika ada ibu yg hanya berduaan dengan anaknya dipersekusi ramai-ramai.