Kisah Keluarga yang Tinggal di Gubuk, dari Minum Air Comberan hingga Robek Uang Bantuan Lurah
Puluhan tahun pria ini dan keluarganya tinggal di dalam gubuk. Mereka meminum air comberan dan tanpa listrik
Aras mengaku bahkan pernah diusir oleh aparat. Penderitaan Aras belum selesai. Rumahnya tidak bisa mendapat penerangan karena listrik dicabut. Selain itu mereka terpaksa meminum air comberan karena tidak mendapatkan fasilitas air bersih.
Aras tinggal bersama istrinya, Yulianti, bersama keenam orang anaknya disebuah gubuk berukuran sekira 5 x 8 meter di Jalan Gempol Raya, Kelurahan Kunciran, Pinang.
Gubuk kumuh tersebut Aras buat menggunakan alat dan bahan seadanya tanpa bantuan warga sekitar.
Kondisi tersebut cukup miris karena tidak mendapat bantuan dari Pemerinah. Padahal, gubuk Aras hanya berjarak sekitar 100 meter dari Kantor Kelurahan Kunciran, Tangerang. Saking dekatnya, gubuk milik Aras terlihat dari halaman depan Kantor Kelurahan Kunciran.
"Sudah sejak lama listrik rumah kami dicabut sama PLN, modal lilin saja. Noh kelihatan kan kantornya, kagak diberi listrik sama air bersih," ujar Aras saat dijumpai TribunJakarta.com di Tangerang, Kamis (3/5/2018).
Sampai pada akhirnya, ia menjelaskan kepada warga kalau keluarganya tidak butuh lagi listrik untuk penerangan.
Menurutnya, ia telah membantu warga kampung Kunciran untuk memberikan kabel listrik dan membantu menghijaukan wilayahnya.
"Tapi mana balas kasihnya? Gak ada. Kami dibiarkan seperti ini, bahkan kalau dibilang minum air comberan, pernah. Karena tidak dikasih oleh musala. Tapi, pakai bismillah saja semua yang buruk bisa jadi bersih," kata dia.
Masa-masa kelam tersebut terjadi sekira pada tahun 2007. Kini Aras telah menggali sumur sedalam 15 meter sebanyak tiga sumur sebagai sumber air bersih.
Keluarga besarnya kini dapat menikmati air bersih dari sumur tersebut. Sekadar informasi, keenam anaknya bernama Raja Wahyu, Rizky Amalia, Maharani Gipty, Bintang Erlangga Saptahadi, Dewa Elang Samudra dan Dewi Cipta Negara.
Robek uang bantuan
Keluarga miskin yang tinggal di sebuah gubuk buatan sendiri di Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang menolak untuk diberi bantuan.
Muhammad Aras Arifin (45), kepala keluarga dengan empat orang anak tersebut mengatakan, tidak berharap dan menolak bantuan yang diberikan untuk keluarganya.
"Kagak mau, bukan itu yang kita inginkan, kita tidak mau dibelaskasihani," kata Aras sapaanya kepada wartawan TribunJakarta.com, pada Kamis (3/5/2018).
"Berusaha pakai tangan sendiri, apa yang ketemu, kita makan," tambahnya.