Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serangan Bom di Surabaya

95% Tubuh Tutik Terbakar di Tragedi Bom, Kisah Pilu Wanita Sopir Bus Malam yang Hidup Sebatang Kara

Kisah Tutik, korban ledakan bom GPPS Surabaya yang 95% terkena luka bakar. Aksinya duduk di teras Minggu itu berbuah mengenaskan.

kolase
Tutik dan tragedi bom Surabaya 

TRIBUNJATIM.COM - Duka mendalam memang masih dirasakan oleh para korban bom Gereja di Surabaya.

Bagi keluarga korban, hal terberat adalah mengikhlaskan para kerabatnya untuk tak lagi hidup di dunia.

Tragedi berdarah 3 Gereja di Surabaya menewaskan sebanyak 14 orang.

Termasuk seorang wanita berusia nyaris 70 tahun yang ternyata menyimpan cerita sangat memilukan.

Dikutip dari Kompas.com, kisah tersebut membuat kita sangat bersedih.

Dua jurnalis televisi asa Belanda usai mengambil gambar di Gereja Pantikosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, Surabaya, Selasa (15/5/2018).
Dua jurnalis televisi asa Belanda usai mengambil gambar di Gereja Pantikosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno, Surabaya, Selasa (15/5/2018). (TRIBUNJATIM.COM/MANIK PRIYO PRABOWO)

Bagi keluarga korban meninggal bom Gereja Pantekosta Surabaya, Sri Pudjiastuti yang biasa disapa Tutik merupakan sosok yang tangguh.

Tutik adalah seorang perempuan yang biasa bekerja keras.

Menjadi seorang sopir bus malam hingga sopir taksi sudah pernah dilakoninya.

"Almarhumah itu mantan sopir bus malam dan taksi di Surabaya."

"Jadi kalau di terminal itu sudah kayak cowok begitu," ujar Tri Nuryani (57), kerabat korban kepada wartawan di sela pemakaman Sri Pudjiastuti di Tempat Pemakaman Umum Bonoloyo, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (15/5/2018) siang.

Otak dan Guru Pengebom Surabaya Terkuak, Polisi Buru Abu Bakar, Kegiatannya Selama Ini Mengerikan

Sebelum merantau di Surabaya, kata Tri, Tutik sempat tinggal bersama keluarga ibu kandungnya.

Namun tak berapa lama kemudian, Tutik yang pernah menikah itu memilih hidup mandiri mencari rejeki di kota pahlawan.

Meski tak memiliki pekerjaan tetap, Tutik tak lupa diri bila mendapatkan rejeki banyak.

Setelah terkumpul uang hasil kerja kerasnya, Tutik memilih pulang ke Solo untuk menemui saudara dan keponakannya.

"Kalau ada rejeki banyak, almarhum ingin segera pulang ke Solo untuk memberikan uang kepada saudara-saudaranya yang tidak mampu di Solo. Jadi orangnya itu pemurah dan dermawan," ungkap Tri.

Teror bom di GKI Diponegoro Surabaya, Minggu (13/5/2018)
Teror bom di GKI Diponegoro Surabaya, Minggu (13/5/2018) (Istimewa)

Kedekatan Tutik dengan keluarga di Solo menjadikan almarhumah selalu ingin balik ke kota itu jika ada sesuatu.

Bahkan sebelum peristiwa nahas menimpa Tutik, ia sering menelepon keluarga di Solo dan meninggalkan satu pesan khusus.

"Sebelum meninggal, almarhumah sering menelpon di keluarga Solo. Tutik selalu berpesan kalau terjadi apa-apa minta dibawa ke Solo," jelas Tri.

Tak hanya itu, Tutik juga berpesan kalau meninggal ingin didandani yang cantik.

Tutik
Tutik (Kompas.com)

Menurut rekan satu gerejanya, Tutik didandani cantik dan mengenakan kebaya.

Meski hidup mandiri, lanjut Tri, Tutik jarang mengeluh sakit.

Tubuh Tutik yang kuat dan segar hingga banyak membuat orang salah sangka tentang umurnya.

"Umurnya hampir 70 tahun tapi tidak terlihat seperti perempuan berumur seperti itu. Energik sekali dia," jelas Tri.

Tri menambahkan saat muda, rupanya Tutik, adik kandung ibunya itu menjadi atlet sepeda di Kota Solo.

Korban ledakan bom dari Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela saat tiba di RS Bedah Jl Raya Manyar, Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Korban ledakan bom dari Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela saat tiba di RS Bedah Jl Raya Manyar, Surabaya, Minggu (13/5/2018). (TRIBUNJATIM/IST)

Ia masih mengingat saat Tutik berlatih melaju mengayu sepeda di Stadion Sriwedari Solo.

Kabar meninggalnya Tutik, diterima keluarga usai pulang menghadiri pesta pernikahan.

Setiba di rumah, Tri mendapati pesan di handphone-nya yang mengabarkan Tutik menjadi korban bom di Surabaya.

Mendapatkan kabar buruk itu, Tri langsung menuju Surabaya.

Nahas, setibanya di Mojokerto, Tri mendapatkan informasi, Tutik sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya.

Peti jenazah Mayawati, korban bom gereja di Surabaya, saat tiba di Rumah Persemayaman Gotong Royong, Kota Malang, Senin (14/5/2018) siang.
Peti jenazah Mayawati, korban bom gereja di Surabaya, saat tiba di Rumah Persemayaman Gotong Royong, Kota Malang, Senin (14/5/2018) siang. (SURYA/BENNI INDO)

Akibat letusan bom itu, Tutik mengalami luka bakar hampir pada sekujur tubuhnya.

Diagnosa dokter menyebutkan luka bakar pada tubuh Tutik mencapai 95 persen.

"Dokter sempat melakukan operasi untuk mengambil serpihan akibat bos yang mengena pada dada dan mukanya. Namun pukul 12 malam, almarhumah sudah meninggal dunia," jelas Tri.

Informasi dari rekan-rekannya, sebelum bom menghantam Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Tutik duduk di teras gereja.

Tutik datang ke gereja naik skuter kesayangannya.

Tutik dan tragedi bom Surabaya
Tutik dan tragedi bom Surabaya (kolase)

Saat itu, Tutik duduk di teras menunggu misa kedua.

Pasalnya misa pertama sementara berlangsung didalam gereja.

Tak lama kemudian, rombongan teroris datang meledakan bom hingga mengakibatkan Tutik mengalami luka bakar yang serius.

"Skuter miliknya juga ikut terbakar," ungkap Sri. Kesehariannya, Tutik tinggal di Patemon, Gang II, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.

Tutik
Tutik (Kompas.com)

Di rumah itu, Tutik tinggal sebatangkara.

Rekan satu gereja almarhumah Sri Pudjiastuti memegang foto korban di lokasi pemakaman korban bom teroris Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di TPU Bonoloyo, Kadipiro, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa ( 15 / 5 / 2018) siang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved