Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serangan Bom di Surabaya

Orang Australia Ini Sebut Dita Bukan Dalang Bom Surabaya, Ada Sosok Lain Berinisial AU

Dita Oepriarto, warga Rungkut, Surabaya diduga kuat sebagai pimpinan aksi bom bunuh diri di Surabaya sekaligus operator di lapangan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Twitter
David Lipson dan Foto Dita Oepriarto 

Pada cuitan terakhir, David menuliskan ralat penulisan nama Dita yang sebelumnya ia tulis Dito.

Maksudku Dita, bukan Dito. Jariku gemuk.

(Bidik Nasabah Private, AXA Mandiri Luncurkan Asuransi Mandiri Investasi Prestise)

(Empat dari Lima Terduga Teroris Ditembak Mati saat Serang Mapolda Riau, Berikut Identitasnya)

Sasaran Utama Para Teroris Indonesia Menurut Pengamat Australia

Greg Fealy, pengamat politik dan Islam Indonesia dari Australian National University (ANU) di Canberra, mengatakan bahwa polisi merupakan salah satu musuh utama teroris.

Greg mengatakan bahwa serangan bom ke gereja di Indonesia sebetulnya tidaklah banyak terjadi.

"Polisi masih menjadi musuh utama atau target para jihadis," ujar Greg yang juga Kepala Departemen Perubahan Politik dan Sosial di ANU sebagaimana dikutip dari AustraliaPlus.

Meski begitu, tempat ibadah dan warga asing kemungkinan besar juga menjadi sasaran para teroris.

Dilansir dari TribunWow, Greg menanggapi soal pernyataan polisi yang mengatakan, keluarga pelaku bom Surabaya belum pernah ke Suriah.

Jika pelaku belum pernah ke Suriah, berarti ada oknum yang mengajari mereka.

"Tapi yang terpenting lagi ini menunjukkan banyaknya elemen yang butuh perhatian lebih, seperti siapa yang melatih dan mengajarkan mereka, terutama pada sang ayah, Dita untuk membuat bom yang cukup canggih dan menjadi yang terbesar sejak 2009," ucap Greg.

(Empat dari Lima Terduga Teroris Ditembak Mati saat Serang Mapolda Riau, Berikut Identitasnya)

(3 Terduga Teroris di Probolinggo Ditangkap Jelang Sahur, Densus Sita Berbagai Peralatan Pemicu Maut)

Greg berpendapat bahwa pejuang yang telah pergi ke Suriah dan kembali ke Indonesia memiliki kemampuan dalam membuat bom atau bahkan melakukan serangan.

Gerak-gerik mereka setelah kembali ke Tanah Air sangat penting untuk diawasi.

Mereka yang pernah ke Suriah dan Irak juga memiliki suatu kemampuan karena telah bertempur di medan perang dan dianggap sebagai selebritis oleh komunitas teroris yang mengusung jihad.

"Masalah utama bagi para jihadis pro ISIS di Indonesia adalah tidak memiliki kemampuan, jadi butuh beberapa orang yang bisa berbagi keahlian untuk dapat meningkatkan ancaman teroris," ucap Greg.

"Dita menjadi contoh ini dan polisi tak memiliki informasi banyak soal dirinya. Tapi jika Dita mendapatkan pengetahuannya secara online, ini pun akan menjadi hal yang baru," imbuhnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved