Dituduh Dalangi Serangan Bom di Surabaya, Nasib ISIS di Suriah dan Irak Ternyata Lebih Buruk
The Times melaporkan terjadi gencatan senjata 24 jam antara pasukan pemerintah dan militan ISIS yang bertahan di selatan Damaskus.
Penulis: Adi Sasono | Editor: Adi Sasono
Kelompok oposisi menyebut itu sebagai pengusiran paksa untuk memperbesar persentase pendukung Assad di wilayah itu.
Sebaliknya pemerintah mengatakan tidak seorang pun diusir, tetapi menegaskan siapa yang tetap tinggal di situ harus mengikuti atau menerima aturan negara.
Pasukan pemerintah sudah melancarkan serangan massif ke kantong terakhir ISIS di Damaskus itu.
Jatuhnya wilayah selatan itu, berarti pasukan pemerintah sudah menguasai penuh ibu kota Damaskus untuk pertama kalinya sejak 2011.
Bulan lalu, April, pasukan pemerintah Suriah juga berhasil mengambil alih posisi pasukan pemberontak di Ghouta timur, tak jauh dari Damaskus.
Pertempuran merebut Ghouta itu merupakan yang tersengit antara pasukan pemerintah yang didukung pasukan Sekutu melawan pemberontak di kantong-kantong sekitar ibu kota.
Kondisi ISIS yang lebih buruk terjadi di Irak. Bahkan di negara ini, ISIS bisa dibilang tidak punya lagi tempat berpijak setelah Mosul yang menjadi kota pertahanan terakhir direbut pasukan pemerintah beberapa bulan lalu.
Baca: Dituntut Pidana Mati, Ini Rekam Jejak Aman Abdurrahman yang Dijuluki Pemimpin ISIS Indonesia
Baca: Pemimpin ISIS ini Paling Brutal, Jagal Ratusan Orang, Bakar Tawanan, dan Bunuh Semua Keluarga Istri
Baca: 3 Tahun Jadi Budak Seks ISIS setelah Diculik, Gadis Souhayla Harus Layani Brutalnya Perkosaan 7 Pria