Soekarno Wafat 48 Tahun Lalu, Megawati Buka Keluarga Sempat Tak Setuju Ayahnya Dimakamkan di Blitar
Tak banyak yang tahu, ternyata keluarga pernah tak setuju Bung Karno dimakamkan di Blitar. Begini kata Megawati
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Rupanya, ada keinginan Seokarno yang tak sempat terwujud
Soekarno sempat meminta untuk di makamkan di Kebun Raya Bogor jika meninggal.
Namun, jasad Seokarno dimakamkan di kota Blitar.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.
Baca: 8 Fakta Baru Pasutri Telantarkan Anaknya di Kamar 4 Hari, Warga Sampai Tidak Mau Ketemu Mereka Lagi
Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.
Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.
Soekarno juga sempat menuliskan sepucuk surat sebelum kepergiannya.
Surat tersebut ditunjukkan untuk putra sulung kebanggaannya, Guntur Sukarnoputra.
Dikutip dari Pos Belitung, dalam wasiat terakhirnya untuk Guntur itu, tersirat harapan besar Sukarno pada Guntur untuk bisa menjadi sosok berani seperti dirinya.
Baca: Terungkap, Timnya Kalahkan Kolombia di Piala Dunia, Suporter Jepang Malah Berbuat Begini di Stadion
Soekarno ingin putra yang sering dipanggilnya Tok itu untuk tampil dan membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi penerus sang ayah.
"Tok, engkau adalah anak sulung Putra Sang Fajar. Sebab, bapakmu dilahirkan pada waktu fajar menyingsing."
"Fajar 6 Juni yang sedang mereka di ujung timur. Dan engkau lahir pada tahun keberanian, juga menjelang fajar 3 November saat mana hegemoni kekuasaan Jepang semakin suram sinarnya."
"Nah, seperti halnya bapakmu, engkau pun pantas menyambut terbitnya matahari."
Baca: Pengakuan Sopir Bus yang Bisa Kenali Ciri-ciri Copet, Tak Berani Tegur Lagi Karena Alami Hal Tragis
"Jadilah manusia yang pantas menyambut matahari terbit," tulis Sukarno dalam surat yang diungkapkan Guntur dalam bukunya 'Bung Karno, Bapakku Kawanku dan Guruku'.
"Ingat, yang pantas menyambut terbitnya matahari itu hanya manusia-manusia abdi Tuhan, manusia-manusia yang manfaat."