Hari Kemerdekaan RI
Jadi Peserta Upacara 73 Tahun Kemerdekaan, 30 Mantan Napi Teroris di Lamongan Sebar Ekspresi Unik
Sebanyak 30 mantan napi teroris di Lamongan menyebar ekspresi unik, saat menjadi peserta upacara 73 Tahun Kemendekaan RI.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
Akhirnya ganti formasi, Mahendra, anak almarhum Amrozi yang semula ada di paling depan barisan pindah ke barisan kedua.
Mahendra mengaku kesulitan untuk menyamakan gerakan dengan temannya yang ada di kirinya."Ojo banter-banter to, aku pindah aja," tandas Mahendra.
Saat barisan anggota YLP berdiri di depan tribun dalam prosesi pembicaraan ikrar. Ternyata Mahendra dengan sendirinya senyum senyum sendiri karena ia tidak bisa mengikuti saat ada yel-yel yang harus diucapkan bersama.
"Lha gimana, aku gak ngerti nek ada yel-yelnya," kata Mahendra.
• Tiap Bulan Rutin Setubuhi Pacarnya yang Siswi SMA di Villa, Irsa Ganti Rasakan Pengap Penjara
Kesalahan tidak hanya didominasi Mahendra dan Yudhi, para peserta napiter lainnya juga banyak yang salah tak seragam dalam setiap gerakan.
Saat komandan regu memberi komando maju jalan, gerakan pertama seragam. Begitu pada langkah selanjutnya selalu saja ada yang berbeda- beda.
Demikian juga saat dalam barisan, diantara mereka banyak yang tidak menunjukkan sikap sempurna, ada yang tangannya dimasukkan ke dalam saku, menoleh kanan kiri.
Keluar dari sikap sempurnya melihat paskibraka yang dinilai terlalu lama gerakannya ketika bendera handak buka.
Praktis jika dilihat dari depan maupun belakang barisan YLP itu paling tidak rapi.
• UMKM, Raksasa Ekonomi Jatim yang Tak Rontok Diterjang Krisis dan Naiknya Dolar Amerika
Nampaknya latihan di lokasi Sekretariat YLP di Desa Tenggulun dengan instruktur dari polres belum berhasil mendisiplinkan regu peserta upacara YLP untuk 73 Tahun Kemerdekaan RI.
Ekspresi, gerakan unik dan menarik para mantan napster dalam baris bernaris mengundang tawa regu lainnya.
Sementara cara berpakaian para napiter masih tidak lepas melambangkan pemahaman mereka. Celana cingkrang dan lambang-lambang tulisan masih mewarnai baju yang dikenakannya.
Tak pelak, Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi yang juga mantan pentolan JI tidak bisa menyembunyikan tawanya.
"Ya beginilah, yang terpenting mereka sekarang bisa menerima untuk kembali ke NKRI," kata Ali Fauzi.
Memang tidak mudah untuk membina para mantan napiter dan kombatan. Perlu kerja ekstra dan kesabaran.
• Semua Kloter Embarkasi Surabaya Telah Diterbangkan, 9 CJH Wafat di Tanah Suci, Berikut Namanya
"Untuk mengobati penyakit mereka haruslah orang yang pernah terserang dengan penyakit yang sama," ungkap Ali Fauzi, mantan instruktur bom.