Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Seni Budaya Berbasis Tradisi Sidoarjo Menjadi Penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Timur

Kesenian tradisi membutuhkan perhatian khusus untuk memperkecil kemungkinan terkikisnya budaya lokal.

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Edwin Fajerial
ISTIMEWA
Drama tari Prahara Mustika Tawangalun 

TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Kesenian tradisi membutuhkan perhatian khusus untuk memperkecil kemungkinan terkikisnya budaya lokal.

Masyarakat di daerah juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman, agar adat budaya Indonesia tetap terjaga eksistensinya.

“Setiap daerah memiliki ciri khas, adat istiadat yang merupakan kekayaan budaya bangsa. Hal ini harus dipertahankan dan dilestarikan,” ujar Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, Tirto Adi di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (19/08/2018).

Kabupaten Sidoarjo mengalami perkembangan pesat sebagai salah satu penyangga Ibukota Provinsi Jawa Timur.

Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayah ini, seperti seni dan budaya, industri, perdagangan, pariwisata, dan kekayaan alam.

Kesenian tradisional yang berkembang di wilayah Kabupaten Sidoarjo dipengaruhi oleh unsur ’Budaya Arek’, seperti ludruk, tayub, jaranan, wayang kulit Jawa Timuran.

Ada juga kesenian bercorak Timur Tengah, seperti hadrah, qasidah, terbangan, dan kesenian lainnya.

“Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang memadai, Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian masyarakat,” lanjut Tirto Adi.

Melalui pergelaran paket kesenian rakyat ini, lanjut Tirto, masyarakat tidak hanya dapat menikmati pergelaran seni, melainkan juga dapat melihat berbagai produk unggulan dan potensi pariwisata Kabupaten Sidoharjo.

Antara lain lewat pameran yang digelar saat bersamaan dengan pergelaran ini.

“Melu handarbeni atau rasa memiliki, pepatah Jawa yang mengandung makna dalam. Seni tradisional pada hakekatnya dapat memacu prestasi di segala sektor kehidupan. Hal ini bukan semata-mata hanya untuk seni, tapi sangat bermanfaat disegala sektor kehidupan,” ujar Tirto.

Sanggar Teater Nusantara menampilkan dua jenis tari; Remo Munali Fatah dan tari Banjar Kemuning untuk mengawali pementasan grup kesenian dari Sidorjo ini.

Drama tari Prahara Mustika Tawangalun menjadi puncak perhelatan apresiasi seni dan budaya yang diselenggarakan Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini.

Menampilkan Remo Munali Fatah adalah membaca sejarah kemampuan seorang penari, yang juga pejuang pelestari budaya, bernama Munali Fatah.

Namanya tak bisa dipisahkan dari sejarah seni Ludruk di Jawa Timur.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved