Gejolak Rupiah
Industri Restoran dan Kafe Belum Terimbas Pelemahan Nilai Tukar Rupiah atas Dolar AS
Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) hingga Rp 15.000 belum memberi imbas pada industri restoran dan kafe.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM - Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) hingga Rp 15.000 belum memberi imbas pada industri restoran dan kafe.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restauran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur, Tjahjono Haryono.
"Dari sisi usaha belum ada imbas, karena sejak awal rata-rata Apkrindo sudah memiliki prediksi nilai Rp 15.000 per dolar untuk belanja bahan baku yang harus impor," jelas Tjahjono Haryono, Ketua Apkrindo Jatim, Kamis (6/9/2018).
Menurut Tjahjono, dari pengusaha kafe dan restauran, hanya sekitar 20-30 persen yang menggunakan bahan baku impor.
Seperti restauran masakan Jepang, yang bahan bakunya tidak bisa digantikan, misalnya daging ikan salmon.
Lalu restoran cepat saji dengan bahan baku kentang goreng.
"Keduanya tidak bisa digantikan lokal. Namun beberapa sudah banyak yang pakai bahan baku lokal. Seperti sayur-sayuran organik dan lainnya," ungkap Tjahjono.
• Tarif PPh Impor Keperluan Sehari-Hari dan Dapur Naik Drastis, Mulai Peralatan Masak Hingga Sampo
Imbas yang dikhawatirkan Apkrindo lebih ke daya beli masyarakat.
Saat ini, beberapa pengusaha kafe dan restoran sudah melakukan inovasi dan memberikan pilihan beragam untuk semua kalangan.
"Untuk mengikuti tren dan kemampuan daya beli masyarakat. Saat ini konsumen masih stabil, belum ada peningkatan maupun penurunan," kata Tjahjono.
• Main Film A Man Called Ahok, VJ Daniel Banjir Dukungan, Arie Untung: Reza Rahardian Bisa Lewat Nih
Sementara itu, Steven Johnson Tjan, Director PT Boga Eka Putra atau Boga Group, pemilik sembilan brand restauran mengakui bila saat ini sekitar 50 persen bahan baku restorannya masih memakai bahan baku impor.
"Tapi memang belum berimbas sih. Kami masih pertahankan harga sejak tiga tahun yang lalu, belum ada perubahan," ujar Steven.
Lemahnya nilai tukar rupiah atas dolar, disebut Steven, sudah diantisipasi dengan melakukan impor bahan baku sejak lama.
Dan sudah menggunakan prediksi kurs tinggi.
"Selain itu saya sudah melakukan pembicaraan dengan seorang konsultan dari Singapura. Di tahun ini memang prediksi dolar naik, bahkan bisa mencapai Rp 17.000," kata Steven.