Kampus Surabaya
PNS Kemenkes Raih IPK 4.00 Dalam Wisuda Unair Surabaya
wisuda Universitas Airlangga periode September 2018, Syachroni wisudawan terbaik S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga berhasil merai
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Prestasi IPK 4,00 sangat jarang diperoleh wisudawan, namun dalam wisuda Universitas Airlangga periode September 2018, Syachroni wisudawan terbaik S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya berhasil meraih IPK 4,00.
Pria kelahiran Jakarta, 27 Februari 1987 ini mengungkapkan mendapat IPK 4,00 saat semester satu. Sehingga ia menetapkan target untuk mempertahankan IPK tersebut hingga menuntaskan pendidikannya.
"Waktu masuk kuliah tidak punya target ipk 4,00. Targetnya malah lulus dua tahun karena sebagai syarat beasiswa," urainya alumnus S2 Biologi UNPAD ini berhasil mendapat nilai sempurna yakni 4,00.
Tuntutan menyelesaikan studi dalam dua tahun tak lepas dari beasiswa dan tugas kerja yang ia terima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Kesehatan, tepatnya di Badan Litbang Kesehatan di Jakarta, sehingga ia mengambil program magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
• Belasan Tahun Warga Karangdoro Kecamatan Tegalsari Banyuwangi Terisolir, Jalan Rusak Parah
Menurutnya, selama menempuh studi, ia sangat kesulitan saat menuntaskan tesis di tahun terakhir.
Sehingga ia sangat bersyukur memiliki dukungan dari teman hingga keluarga pacarnya yang ada di Surabaya.
"Ini diwakili orangtua pacar, pacar juga wisuda. Soalnya orang tua saya sedang sakit di Jakarta," ujar pria yang ingin melanjutkan studi ke Belanda ini.
Meskipun sempat kecelakaan sewaktu pengambilan data penelitian tidak menghentikan niat Syachroni menyelesaikan tesis tepat waktu. Ia menyelesaikan tesis dengan judul 'Upaya Peningkatan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Berdasarkan Analisis Patient Engagement”.
Topik yang diambil mengenai kondisi keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru di Kota Surabaya.
• Larung Sesaji dan Risalah Doa di Telaga Ngebel Tutup Perhelatan Grebeg Suro 2018 di Ponorogo
“Setiap melaksanakan tugas sebisa mungkin saya kerjakan dengan sepenuh hati. Berusaha selalu update dengan memperkaya pembahasan topik yang ditugaskan oleh dosen,” terang putra bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Abdul Salam(65) dan Wartingsih(63) ini.
Menjalani pendidikan jauh dari kedua orang tua menjadi perjuangan tersendiri bagi Syachroni. Menurutnya, diperlukan juga kerja keras dan kerja cerdas dalam menyelesaikan studi S2, mengingat masa program magister hanya 2 tahun.
Kepandaian mengatur skala prioritas sangat diperlukan agar sesuai dengan time period masa studi.
“Perlu pengorbanan mencapai keberhasilan. Jer Basuki Mawa Beya menjadi semboyan yang saya anggap sesuai menggambarkan setiap lika-liku proses perkuliahan S2,” pungkas Syachroni.
Ke depan, ia harus kembali aktif bekerja di Kemenkes sambil menunggu peluang untuk melanjutkan studi ke Belanda.
Rektor Unair, Prof Moh Nasih mengungkapkan prestasi Syahroni patut ditiru mahasiswa Unair. Setiap periode memang banyak ditemukan mahasiswa dengan IPK 4,00.