Pilpres 2019
Soal Pilpres, Mahfud MD Sebut Tak akan Golput hingga Bahas Dirinya yang Tak Dipilih Jadi Cawapres
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD membahas tentang dukungannya di pemilihan presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD membahas tentang dukungannya di pemilihan presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Mahfud MD memastikan dirinya tak akan golput.
"Saya pasti memberikan dukungan. Saya tidak akan golput, pasti punya pilihan. Namun, saya belum mengumumkan. Nanti lah kami umumkan," kata Mahfud dalam Seminar #2019PilpresCeria yang diselenggarakan di Hotel Grand Palace, Surabaya, Senin (17/9/2018).
Mahfud MD mengatakan, perbedaan pandangan pemilu bukan merupakan alasan realistis untuk bermusuhan.
Sebab, menurutnya, pemilu di sistem adalah sebuah keniscayaan yang wajib dilakukan di sistem demokrasi.
• Dimulai Selasa Besok, Ini Susunan Pemain yang akan Bertanding di China Open 2018
Pemilu, lanjut Mahfud MD, hanya sebuah sistem yang digunakan untuk mencari pemimpin di event 5 tahunan.
Sehingga, selayaknya tidak digunakan sebagai dasar untuk bermusuhan.
"Pada saat Indonesia berdiri dulu, ada yang menolak dan menerima demokrasi sebagai sistem negara. Pada saat itu yang mengusulkan adalah Bung Karno namun, ditolak dan mengusulkan sistem kerajaan," ujar Mahfud.
Namun, Mahfud menuturkan, melalui jalannya musyawarah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), akhirnya dipilih sistem demokrasi.
Dari 61 anggota, 54 memilih demokrasi, 6 orang memilih kekerajaan, sisanya abstain.
"Kesepakatan ini sudah menjadi dasar sehingga keniscayaan," lanjut Mahfud, yang juga Guru Besar Universitas Islam Indonesia ini.
Sementara itu, Mahdu mengatakan, Pemilu adalah implementasi demokrasi yang paling nyata.
Baik pemimpin di lembaga legislatif maupun eksekutif.
"Oleh karena itu pemilu adalah keniscayaan di dalam negara demokrasi yang kita anut," jelas Mahfud.
"Sehingga, tak penting bermusuhan karena even lima tahunan kita bermusuhan lebih lama," tambahnya.
• Buka Seminar #2019PilpresCeria, Gus Ipul Ungkap Ingin Pilpres 2018 Berjalan Lancar
Mahfud MD menyebut, bahwa Demokrasi memang tak mutlak bersifat baik.
Namun, hal itu tak lantas membuat sistem negara yang lain membuat sistem lebih baik.
"Apakah demokrasi baik? Tidak juga. Sebab, sistem kenegaraan yang lain masih jauh lebih jelek dibanding demokrasi. Oleh karena itu, kalau negara harus jalan, demokrasi harus jalan," tegasnya.
Mahfud berharap berharap masyarakat untuk tak golput saat Pemilu nanti.
"Jangan golput, karena menguntungkan yang pragmatis. Yang pragmatis akan menjadi penentu, bukan yang idealis. Marilah memimpin dengan semangat keceriaan," kata Mahfud.
"Saudara memilih atau tidak memilih, pemilu akan berjalan. Namun, di tiap pemilu yang dipertaruhkan adalah Indonesia, baik sebagai bangsa maupun negara. Jangan sampai karena ajang lima tahunan, kita berantem," lanjutnya.
• BREAKING NEWS: Pabrik Minuman Kemasan di Mojokerto Terbakar
Mahfud menambahkan, di dalam setiap Pemilu, wajar untuk bersikap kecewa kepada satu pihak karena suatu hal.
Namun, hal itu tak lantas diperbesarkan, apalagi sampai memobilisasi untuk menimbulkan konflik besar.
Misalnya, Mahfud yang tak dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil presiden, yang mendampinginya.
Untuk diketahui, Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin.
"Saya tidak dipilih, apakah saya kecewa? Tidak. Padahal, saya sudah siap-siap, membeli baju, dan sebagainya. Saya tidak kecewa, namun agak kaget," ujarnya.
Mahfud menyebut bahwa dirinya terlalu kecil dibanding kepentingan masyarakat secara umum.
"Saya itu siapa? Saya terlalu kecil dibanding negara ini. Jadi buat apa kecewa?," pungkasnya. (bob).
• Perbaikan Jembatan Morowudi Molor, Pertigaan Jalan Boboh Gresik Macet Total