Tsunami di Palu
Mantan Wartawan Senior Surya Terjebak di Palu, Alfred Lande: Telat Lima Detik, Nasib Saya Bisa Lain
Sejak kejadian gempa serta disusul gelombang Tsunami di Palu dan Donggala, tim harian Surya sudah berusaha mengontak Pak Ale, namun tidak bisa terhubu
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Saat ini saya sangat trauma mengenang detik-detik yang mengerikan itu. Saya tidak bisa melihat tayangan televisi yang memperlihatkan kantong jenasah.
Dalam pelarian menyelamatkan diri tersebut, semua barang-barang dan perlengkapan lainnya tertinggal di hotel.
Saya dan pak Raimon lari dengan telanjang kaki dengan pakaian di badan. Kami tidak sempat lagi memakai sendal atau sepatu. Kejadiannya begitu cepat dan mengerikan. Rasanya hotel sudah mau ambruk detik itu. Apalagi begitu gempa terjadi, lampu listrik di hotel langsung padam.
Jalan yang dilalui di tengah kegelapan malam itu penuh duri dan batu-batu tajam. Di sana sini kami harus melompat karena tanah terbelah akibat gempa. Setelah sekitar 20 menit berjalan di sela rerumputan, kami tiba di jalan raya yang menuju ke gunung.
Ratusan bahkan ribuan penduduk yang berusaha menyelamatkan diri berlari ke arah gunung Donggala Kodi. Sebagian besar berlari tanpa alas kaki dengan pakaian seadanya. Sebagian karyawan Swissbel Hotel terlihat masih dalam pakaian seragam resmi tapi tanpa alas kaki.
Sambil berlari menyelamatkan diri, suara tangisan dan pengharapan kepada Sang Pencipta terus terdengar. Ucapan “Allahu Akbar, Tuhan Yesus tolong kami, dan kata-kata penyerahan diri lainnya terus bergema sambil berlari. Semuanya seperti tersadar begitu kecilnya keberadaan manusia dalam kondisi dan kekalutan seperti itu.
Semakin malam, suasana semakin mencekam. Sebagian besar pengungsi di perbukitan Donggala Kodi tanpa keluarga yang lengkap. Rata-rata terpencar mencari selamat. Begitu ada di ketinggian baru sadar bahwa anggota keluarganya ada yang tertinggal di bibir pantai.
Seorang ibu yang memegang dua anaknya yang masih bayi, sambil menangis memanggil-manggil suaminya. Ternyata, setengah jam sebelum terjadi peristiwa itu, suaminya turun ke laut untuk memancing. (Alfred Lande/bersambung)