Ipda Rochmat Tanggapi Soal Penghargaan Leodewyk Pasulatan yang Ternyata Bukan Dari PBB
Polisi aktif yang berdinas sebagai Perwira Menengah (Pama) SDM Polda Jatim itu menceritakan awal mula kejadian yang menimpa dirinya.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Ayu Mufihdah KS
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ipda Rochmat Tri Marwoto (41) tidak menyangka jika penghargaan yang diterimannya itu bukanlah dari United Nations (PBB).
Polisi aktif yang berdinas sebagai Perwira Menengah (Pama) SDM Polda Jatim itu menceritakan awal mula kejadian yang menimpa dirinya.
Saat itu, dirinya sekolah perwira di Sukabumi menerima telepon akan mendapat penghargaan dari United Nations Children's Fund (UNICEF) atau United Nations Information Centre (UNIC) yang merupakan perwakilan dari PBB.
Rochmat mendapat penghargaan dari Leodewyk Pasulatan yang mengaku perwakilan dari PBB.
• Konser di Gresik, Judika Ajak Masyarakat untuk Doakan Korban Bencana Alam di Sulawesi Tengah
"Saya ditelepon mengabarkan UNICEF akan datang tempat saya untuk memberikan suatu apresiasi," ungkapnya di Mapolda Jatim, Kamis (18/10/2018).
Rochmat menjelaskan pihaknya tidak pernah berkomunikasi dengan UNICEF ataupun PBB.
Seiring berjalankan waktu pada Jumat (12/10/2018) UNICEF mengirim email bahwa tidak bisa hadir karena masih fokus di trauma healing di Donggala, Palu.
Singkat cerita, pihak penyelenggara berupaya menemui perwakilan (UNIC di kantor Kuningan Jakarta.
Bertemu dengan dua orang staf UNIC, kabarnya ada perwakilan yaitu Leodewyk Pasulatan yang yang akan datang ke lokasi penghargaan, pada Senin (15/10/2018) kemarin.
• Alasan Kemanusiaan, Kepala Dinas LH Kabupaten Madiun Tak Ditahan Meski Ditetapkan Tersangka Korupsi
"Saya sangat menyambut positif ada yang mau mengangat profil saya, tidak tahu kalau jadi begini," ungkapnya.
Untuk diketahui, Rochmat baru saja membangun Asrama Ginaris (Generasi Anak Remaja Islam) di kediamannya Desa Klagen Serut, Kecamatan Jiwan, Madiun.
Luas tempat itu berukuran 8 meter x 12 meter dekorasinya mirip barak di Mako Brimob. Ada 12 ranjang militer yang dipakai tidur anak asuhnya.
Asrama itu didedikasikan khusus untuk membantu anak yang kurang beruntung. Dia menampung anak-anak jalanan dan korban konflik sosial.
• Pengumuman Pengalihan Jalan Dipasang, Truk Besar Masih Melintasi Jalan Widang Tuban
Membangun asrama itu Rochmat harus hutang ke Bank senilai Rp 200 juta cicilan perbulan hingga Rp 5 juta.
Saat ini dia menampung anak asuh sebanyak 79 yang rata-rata masih anak-anak, ada tujuha orang kuliah bahkan ada juga yang masih balita.
Pasca kejadian ini tidak menyurutkan niat Rochmat untuk menampung dan mengasuh anak-anak jalanan dan bernasib kurang beruntung.
"Kejadian ini menjadi pelajaran berharga buat saya dan keluarga beserta anak-anak saya di asrama," ucapnya berupaya tegar.
• Siswa SMP di Tulungagung Terpaksa Gunakan Seragam SD Karena Belum Dapat Seragam Gratis
Terpisah, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan apapun kejadian yang dialami Ipda Rochmat Tri Marwoto (41) merupakan tugas Kepolisian yang melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat.
"Apa yang dilakukan Ipda Rochmat Tri Marwoto merupakan inspirasi anggota Polri yang lainnya," imbuhnya.
Kombes Pol Frans Barung Mangera menjelaskan, apa yang dilakukan Rochmat mengasuh anak terlantar merupakan tugas Polri menyayomi mayarakat.
Terkait penghargaan itu tidak begitu penting akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diluruskan (mengenai penghargaan dari PBB).
• Bali United Tanpa Stefano Lilipaly Saat Hadapi Arema FC di Stadion Kanjuruhan
Terkait penghargaan bukan dari PBB itu, kata Kombes Pol Frans Barung Mangera, Polda Jatim akan melakukan pengecekan ulang.
Terpenting tugas yang bersakutan Kepolsiian tetap didukung.
"Terpenting Kepala Kepolisian sudah memberikan penghargaan tertinggi yaitu sekolah perwira untuk Ipda Rochmat Tri Marwoto," pungkasnya.
• Bertemu Mantan Tim, Syaiful Indra Cahya Tak Sabar Hadapi Arema FC di Kandangnya