Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tempat & Tanggal Lahir Masih Jadi Polemik, Pemkot Surabaya Tak Gubris Kecewa Keluarga WR Soepratman

Tempat dan tanggal lahir masih menjadi polemik, Pemkot Surabaya tak gubris kekecewaan keluarga WR Soepratman, pencipta lagu Indonesia Raya.

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM/FATIMATUZ ZAHROH
Kondisi Museum Rumah Wafat WR Soepratman, komponis pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya di Jalan Mangga No 21 Kecamatan Tambaksari, Surabaya, menjelang peresmian, Selasa (30/10/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kondisi perbaikan jelang peresmian Museum Rumah Wafat WR Soepratman, komponis pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya di Jalan Mangga No 21 Kecamatan Tambaksari, Surabaya, masih terus dibenahi hingga Selasa (30/10/2018).

Perbaikan ini dilakukan jelang peresmian Museum Rumah Wafat WR Soepratman yang direncanakan pada Hari Pahlawan 10 Novemver mendatang.

Proses pengecatan rumah, pembersihan biola dan juga patung WR Soepratman tampak dilalakukan saat Surya (TribunJatim Network), menengok rumah yang ada di tengah rapatnya penduduk Tambaksari itu.

Di rumah itu setidaknya ada enam ruangan berpentuk petak-petak. Di seluruh dinding dipasangi  foto dan keterangan sejarah yang dilakukan oleh WR Soepratman dari tahun ke tahun.

Pemkot Surabaya Diminta Tak Segera Resmikan Museum WR Soepratman, Sebelum Ada Pelurusan Sejarah

Mulai tahun 1914, tahun 1921, 1928, hingga tahun 1938. Disana dijelaskan bagaimana seorang pemuda WR Soepratman mendapat tambahan nama Rudolf agar bisa sekolah di tempat belajar Belanda.

Hingga bagimana awalnya WR Soepraman yang juga sempat menjadi jurnalis itu akhirnya tergerak untuk menjawab tantangan untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Namun yang masih tampak kosong, di rumah wafat tersebut adalah sejarah WR Soepratman di tahun 1903.

Di dinding tersebut terdapat plakat penanda tahun 1903 namun di bawahnya terdapat paku yang kosong tidak digantung foto ataupu keterangan sejarah. Tahun 1903 diletahui sebagai tahun lahir WR Soepratman.

"Iya masih ada perbaikan. Selain fisik juga koleksi di sini. Buku yang semula ada di sini juga masih diperbaiki," kata staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Hamzah Arifin.

Ajak Anaknya Usia 4 Tahun, Pria ini Bacok Agung di Jalan Doho Surabaya Hingga Tewas

Padahal di buku yang sempat ada di tempat itu, adalah buku rujukan sejarah yang dianggap menjadi polemik. Yaitu yang mencantumkan tempat tanggal lahir WR Soepratman yang diprotes keluarga.

Di buku yang kini sedang dibenahi Pemkot itu dituliskan tempat tanggal lahir WR Soepratman adalah di Purworejo 19 Maret 1903. Padahal yang diyakini keluarga dan sebagaimana tertera di makam WR Soepratman, tokoh tersebut lahir di Jatinegara pada 9 Maret 1903.

Lebih lanjut ia mengatakan saat ini aktivitas di WR Soepratman masih banyak yang berdatangan. Di samping itu perbaikan fisik gedung juga terus dibenahi.

"Misal ada catnya yang masih pudar dicat lagi. Gentengnya juga masih dibenahi," ucapnya.

Pamit Beli Bakso Usai Tiba Dari Hongkong, Sulastri Digrebek Suami Bareng TKI Berondong di Kamar Kos

Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiarti mengatakan bahwa rencana Pemkot Surabaya untuk meresmikan rumah wafat WR Soepratman di hari pahlawan hampir sudah matang.

Meski saat ini ada polemik dari keluarga WR Soepratman yang menolak perbedaan versi tempat dan tanggal lahir komponis tersebut, Antiek mengaku tidak terlalu ambil pusing.

Menurutnya, yang dilakukan Pemkot adalah upaya menghargai jasa seorang pahlawan WR Soepratman dengan menjadikan rumah wafatnya sebagai situs bersejarah dan dijadikan museum.

"Kita tidak ribut soal lahirnya, kita sedang berupaya membuat rumah wafat tersebut sebagai museum. Insyallah tanggal 10 november," katanya singkat. 

Minta Didoakan, Pramugari Lion Air Alviani Sempat Pamitan dan Videocall ke Ibunya Sebelum Terbang

Bahkan ia mengaku tidak ingin jika polemik keluarga WR Soepratman itu dibesar-besarkan. Dan meminta fokus pada esensi meresmikan rumah wafat WR Soepratman

Di sisi lain, keponakan WR Soepratman, Soerachman mengatakan pihaknya berharap Pemkot Surabaya tidak membelokkan sejarah. Terutama dengan menuliskan temat dan tanggal lahir dari WR Soepratman dengan tidak berdasar apa yang diyakini oleh keluarga.

Selain itu pihaknya juga memprotes soal kesimpang siuran kabar. Bahwa di museum itu akan ada dipan atau ranjang outentik dari WR Soepratman.

"Bu Antiek bilang itu outentik, tapi saya sempat diberi tahu oleh Bu Wiwik mantan Kepala Disbudpar, dipannya itu beli. Jadi jangan membuat simpang siur, apalagi soal sejarah," katanya.

Ketua DPRD Jombang Dilaporkan ke Polisi Oleh Anggota DPRD Sesama Partai dari PDIP, Ini Pemicunya

Ia berharap Pemkot Surabaya bijak dalam memuat data bersejarah tentang tokoh pahlawan bangsa.

"Sebuah sejarah itu harus bersumber pada tiga hal, pertama buku yang mencatat tentang WR Soepratman itu. Kedua adalah harus bersumber pada keluarganya. Ketiga pada bendanya yanh sedang diulas," kata Soerachman.

Saat ini buku tentang WR Soepratman juga sudah ada. Yaitu yang ditulis oleh M Oerip Kasangengari, ayah dari Soerachman. Walaupun penulisnya sudah meninggal, namun apa yang ditulis di buku itu adalah catatan yang utuh ditulis dan saksi hidup keluarga WR Soepratman.

"Keluarganya WR Soepratman juga masih hidup. Dan keluarga lain saat masih hidup menceritakan segalanya ya ke ayah saya bukan yang lain," ucap Soerachman.

Begitu juga dengan benda yang ditinggalkan oleh WR Supratmab. Biola yang ia tinggalkan dipegang oleh ahli warisnya kemudian diserahkan ke gedung sumpah pemuda  sebagai warisan.

(fatimatuz zahroh)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved