6 Fakta Pembunuhan Pasutri di Tulungagung, Polisi Ungkap Info dari Posisi Korban yang Peluk Guling
Pasutri tersebut ditemukan tewas di rumahnya. Jenazah keduanya ditemukan oleh sang cucu
Penulis: Januar AS | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sepasang suami istri warga Desa/Kecamatan Campurdarat ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Kamis (8/11/2018) selepas magrib
Pasangan suami istri ini adalah Didik (56) dan Suprihatin (50).
Keduanya ditemukan oleh cucunya.
Awalnya pasangan suami istri ini dikira tengah tidur.
"Keduanya memang tinggal di rumah ini berdua," ujar seorang warga bernama Edi.
Saat ditemukan ada banyak bercak darah di ruangan depan, tempat keduanya ditemukan.
Berikut ini sejumlah fakta yang berhasil dirangkum oleh TribunJatim.com.
• Jubir FPI Ungkap Sejumlah Kejanggalan dari Kasus Bendera Habib Rizieq, BIN: Langsung Tunjuk Saja!
1. Sudah meninggal 3 hari
Kondisi keduanya sudah mulai membusuk, diduga sudah meninggal tiga hari.
Informasi yang didapat, Didik meninggal di ruang belakang, sedangkan istrinya di ruang depan.
Di lokasi juga ditemukan bercak darah, sehingga muncul dugaan keduanya korban pembunuhan.
Saat ini polisi tengah melakukan olah TKP.
Namun belum ada keterangan resmi dari kepolisian.
Warga sekitar mengatakan, para hari Senin (5/11/2018) keduanya masih beraktivitas di depan rumah.
" Yang perempuan masih nyapu-nyapu, masih ngobrol dengan warga," ucap seorang tetangga.
2. Bercak darah yang dikira kecap
Menurut warga sekitar, selama ini keduanya tinggal berdua di rumahnya.
"Mereka punya dua anak, yang pertama di Blitar, yang kedua di Tulungagung," ujar seorang warga yang tinggal di depan rumah korban.
Sementara cucunya, Rst (13) tinggal bersama ibunya di Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat.
Rst ini yang sering mengunjungi kakek neneknya.
Kamis sore Rst datang dan langsung masuk ke rumah.
Saat itulah Rst melihat kakeknya terbaring namun tidak bergerak sama sekali.
Selain itu di lantai terdapat bercak hitam yang dikiranya kecap.
"Bercak itu darah yang mulai mengering, dia pikir itu kecap," ujar seorang warga bernama Edi.
Karena takut Rst sempat mengajak temannya untuk melihat kondisi kakek neneknya.
Merasa belum yakin, Rst kemudian pulang melapor ke ibunya.
Temuan ini kemudian dilaporkan ke polisi.
Dari hasil pemeriksaan diyakini, Didik dan Suprihatin menjadi korban pembunuhan.
"Saya tidak lihat mayatnya. Tapi banyak bercak darah di lokasi kejadian," tambah Edi.
Saat berita ini dibuat, polisi masih melakukan olah TKP.
Belum ada pernyataan dari penegak hukum terkait temuan dua mayat suami istri ini.
3. Korban adalah pengusaha kayu dan batu
Didik dikenal sebagai pengusaha kayu dan batu.
"Tapi sudah lama dia gak aktif, usahanya mundur. Dia sempat mengurus STNK, karena rumahnya kan mepet dengan Samsat (Campurdarat)," ujar Kepala Desa Campurdarat, Dul Jalal.
Hingga saat ini Didik diketahui mempunyai usaha jasa pengurusan STNK.
Jalal menambahkan, tidak pernah ada masalah Didik dengan warga sekitar.
Hubungan keduanya harmonis dengan para tetangga.
Karena itu Jalal sepenuhnya berharap pada kepolisian untuk mengungkap kasus ini.
Sementara warga lain, Add mengatakan, hari Senin keduanya masih terlihat.
Namun saat itu ada tiga orang yang datang urusan utang piutang.
"Saya tidak tahu pasti masalahnya, tapi yang saya tahu ada orang yang menagih utang," ujar Add.
Polisi masih menelisik setiap detail lokasi kejadian.
Termasuk mencari sidik jari yang tertinggal di lokasi.
Suprihatin ditemukan meninggal di ruangan depan, sementara Didik ditemukan di kamar belakang.
Kedua korban meninggal dengan bersimbah darah.
4. Saat evakuasi temukan luka di belakang kepala
Tim Inafis Polres Tulungagung telah selesai melakukan olah TKP di rumah pasangan Didik Adi Wibowo (56) dan Suprihatin (50), di Dusun Ngingas, Desa/Kecamatan Campurdarat.
Jenazah suami istri ini selanjutnya dibawa ke kamar mayat RSUD dr Iskak Tulungagung, Kamis (8/11/2018) pukil 21.40 WIB.
Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Mustijat Priyambodo mengatakan, ada temuan luka di belakang kepala Didik.
Luka itu bekas pukulan benda tumpul.
"Dugaan luka itu yang menyebabkan kematian korban. Tapi untuk memastikan kita tunggu hasil otopsi," ujar Mustijat.
Sementara belum diketahui luka yang ada di tubuh Suprihatin.
Muatijat menegaskan, masih menunggu hasil otopsi.
Polisi juga menemukan sejumlah benda tumpul yang mungkin digunakan untuk memukul korban.
Saat ditemukan Didik dalam kondisi tidur miring memeluk guling.
"Ada kemungkinan dia dipukul saat tidur," tambah Mustijat.
Polisi masih memasang garis polisi di rumah Didik.
Rencananya polisi akan melakukan olah TKP tambahan besok, Jumat (9/11/2018).
Pasangan Didik dan Suprihatin ditemukan meninggal dunia bersimbah darah, Kamis (8/11/2018) selepas magrib.
Diduga keduanya sudah meninggal sekitar tiga hari lali, karena tubuhnya sudah mulai membusuk.
5. Polisi lakukan olah TKP
Satreskrim Polres Tulungagung kembali melakukan olah TKP di rumah pasangan Didik Adi Wibowo (56) dan Suprihatin (50), Jumat (9/10/2018) pukul 10.30 WIB.
Didik dan Suprihatin adalah pasangan suami istri warga Dusun Ngingas, Desa/Kecamatan Campurdarat yang ditemukan tewas, Kamis (8/11/2018) selepas magrib.
Olah TKP kali ini melibatkan dari personil dari RS Bhayangkara Kediri.
Menurut Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Mustijat Priyambodo, olah TKP ini melanjutkan olah TKP sebelumnya.
"Semalam itu olah TKP-nya belum menyeluruh," ucap Mustijat.
Rumah pasangan Didik dan Suprihatin memang sangat besar dan luas.
Di bagian belakang berbentuk tingkat.
Olah TKP tambahan ini menjangkau seluruh bagian rumah.
"Bagian-bagian yang belum dijangkau tadi malam semua kita sisir hari ini," tambah Mustijat.
Mustijat menegaskan, hari ini pihaknya akan all out untuk menuntaskan olah TKP.
Dari hasil olah TKP sebelumnya, pasangan suami istri ini diduga dibunuh.
Didik mendapatkan pukulan benda tumpul di bagian belakang kepala saat tidur di kamar.
Sedangkan Suprihatin dibunuh di ruang tamu.
6.Rumah Didik sering didatangi orang
Pasangan suami istri yang diduga korban pembunuhan, Didik (56) dan Suprihatin (50) dikenal warga mempunyai usaha pengurusan STNK.
Usaha ini dimulai saat samping kanan rumahnya dimanfaatkan untuk kantor Samsat wilayah selatan, lebih dari lima tahun silam.
Saat kantor Samsat ini pindah, Didik dan Suprihatin melanjutkan usaha ini hingga sekarang.
Namun belakangan tetangga sering melihat orang datang untuk menagih STNK ke Didik dan istrinya.
Seperti diungkapkan seorang warga bernama Ngapani (50), yang rumahnya agak berjauhan dari rumah Didik.
Menurutnya pada hari Selasa datang dua orang laki-laki dan seorang perempuan.
Keduanya menagih utang ke Didik dan Suprihatin.
"Tahunya mereka bertiga mampir ngopi di warkop depan rumah itu," ungkap Ngapani.
Di warung kopi inilah ketiga orang itu cerita baru saja menagih utang.
Namun ketiganya kesulitan, karena Suprihatin justru menangis.
"Mereka bilang, ditagih utang baik-baik kok malah nangis. Saya kan yang susah," ucap Ngapani menirukan tiga orang itu.
Setelah itu ketiganya pergi. Informasi lain yang didapat dari antara tetangga, sempat terjadi pertengkaran dari dalam rumah.
Suprihatin sempat terdengar berteriak. Namun kejadian itu tidak sampai mengundang kedatangan warga sekitar.
Didik dan Suprihatin ditemukan tewas bersimbah darah pada Kamis (8/11/2018) selepas magrib.
Keduanya diduga tewas dibunuh. Dari hasil olah TKP, ada bekas pukulan benda tumpul di belakang kepala Didik.
Rencananya hari ini, Jumat (9/11/2018) sekitarnya pukul 14.00 WIB jenazah keduanya akan diotopsi.