Kumpulkan Artefak Peninggalan Sejarah Empu Bahula, Warga Desa Tunglur Kediri Buat Museum Mini
Warga Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri mendirikan Museum Mini Kampung Sentanan.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Warga Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri mendirikan Museum Mini Kampung Sentanan.
Ada puluhan koleksi artefak yang diduga peninggalan jejak sejarah Empu Bahula.
"Semula benda yang diduga cagar budaya itu berserakan di pekarangan masyarakat. Benda-benda cagar budaya kemudian kami kumpulkan warga di tanah punden," ungkap Rianto, dari Tim Damar Panuluh Nusantara (DPN) kepada tribunjatim, Kamis (22/11/2018).
Diungkapkan Rianto, sejauh ini masyarakat telah melaporkan temuannya kepada petugas Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB). Namun sejauh ini petugas BPCB masih belum menindaklanjuti dengan melakukan penelitian.
Masyarakat kemudian mengumpulkan berbagai artefak temuannya di lokasi lahan punden desa seluas 35 ru.
Banyaknya temuan artefak itu kemudian memunculkan ide untuk membuat museum mini yang berlokasi di Kampung Sentanan.
Lokasinya berdekatan dengan Petilasan Adipati Minak Sengguruh.
• Pria Tulungagung Sholat dan Tinggal di Pohon Selama 3 Hari, Warga Ungkap Masa Lalu dan Penyebabnya
• PAN Jatim Akui Satu Pandangan Terhadap Instruksi Amien Rais kepada Warga Muhammadiyah Soal Pilpres
Warga menyakini artefak-artefak yang ditemukan merupakan petilasan peninggalan Empu Bahula dan Diah Ratna Mangali.
Empu Bahula merupakan orang tua dari Empu Tantular pengarang Kitab Sutasoma.
Koleksi artefak seperti beragam bentuk arca, pecahan bebatuan terbuat dari batu andesit yang mirip dengan beberapa artefak yang ada di Situs Calonarang Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Terkait dengan penemuan artefak, Tim Damar Panuluh Nusantara (DPN) telah koordinasi dengan masyarakat dan pihak pemerintahan desa.
Malahan saat dilakukan penelusuran di sekitar lokasi juga ditemukan lagi pecahan batu berbentuk sebuah pipisan atau alat untuk menumbuk dedaunan.
Juga ditemukan peninggalan patok yang diduga tempat untuk mengikat kuda. Hasil penelusuran lainnya juga menemukan beberapa serpihan dan potongan batu yang diduga adalah peninggalan zaman kerajaan.
Serpihan dan potongan batu yang ditemukan berupa batu umpak persegi panjang, batu lumpang, lingga kecil atau pipisan dan beberapa batu andesit lainnya yang berjumlah 26 buah.
"Malahan warga yang merasa menemukan bebatuan yang sama dengan batu cagar budaya kemudian mengumpulkan di areal petilasan. Artefak itu ada yang ditemukan di kandang sapi dan sungai," jelasnya.
Masyarakat Kampung Sentanan berharap supaya benda bersejarah yang ditemukan segera mendapat perhatian dari dinas terkait serta menjadi aset desa. "Kedepan lokasi museum mini bisa dijadikan tempat wisata religi yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat," ungkapnya.(dim)