Jawa Timur Tercatat jadi Provinsi Kedua dengan Penderita HIV/AIDS Tertinggi di Indonesia
Jumlah ini adalah tertinggi kedua, dimana penderita HIV terbanyak adalah dari DKI Jakarta yakni 55.099 orang. Data ini didapat dari Kemenkes RI.
Penulis: Sudarma Adi | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Jawa Timur jadi provinsi tempat penyebaran HIV/AIDS tertinggi kedua di Indonesia.
Tercatat jumlah penderita HIV di Jawa Timur mencapai 43.399 orang sejak 1987 hingga Juni 2018 kemarin.
Jumlah ini adalah tertinggi kedua, dimana penderita HIV terbanyak adalah dari DKI Jakarta yakni 55.099 orang. Data ini didapat dari Kementerian Kesehatan RI.
Selain penderita HIV, Jatim juga jadi provinsi tertinggi kedua yang memiliki penderita AIDS.
(Cerita ABK KM Gerbang Samudra I yang Terbakar, Dengar Teriakan hingga Terkena Sambaran Api)
(Soal Calon Pengganti Wali Kota Risma, Waketum PAN Sebut Surabaya Butuh Figur Berkualitas)
Dari 1987 hingga Juni 2018 kemarin, jumlah penderita AIDS mencapai 19.315 orang.
Sedangkan provinsi dengan penderita AIDS terbanyak adalah Papua yang mencapai 22.376 orang.
“Jatim juga termasuk 10 provinsi dengan AIDS case rate tertinggi hingga Juni 2018 kemarin. Case rate di Jatim adalah 38,37 kasus, atau masih tinggi daripada case rate nasional yang hanya 35 kasus,” jelas dr Afif Nurul Hidayati SpKK, anggota Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual (IMS) Indonesia dalam talkshow di Marvell City, Sabtu (1/12).
Jika dirinci dari jenis pekerjaan atau status sejak 1987-2018, maka ibu rumah tangga adalah penderita AIDS tertinggi, yakni 15.410 orang.
Kemudian status karyawan adalah tertinggi kedua atau 15.026 orang, dan wiraswasta adalah yang tertinggi ketiga atau 14.331 orang.
“Ibu rumah tangga adalah yang tertinggi, karena ditularkan lewat pasangannya. Mereka rupanya tak tahu atau tak paham kalau suaminya mengidap HIV dan kemudian tertular,” jelasnya.
(Hadir di Reuni 212, Capres Nomor 02 Prabowo Subianto Mengaku Terhormat atas Undangan Reuni 212)
Seseorang bisa kena HIV, lewat beberapa cara, di antaranya berhubungan seks bebas, melalui penggunaan jarum suntik yang tak steril, atau bisa terjadi pada anak, dimana ibunya positif menderita HIV. Penularan HIV bisa melalui darah dan cairan sperma.
“Untuk pengobatan, belum ada yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS. Untuk menekan perkembangan virus HIV, penderita HIV/AIDS menggunakan antiretroviral (ARV),” katanya.
Sementara itu, orang yang terlibat LGBT dan narkoba suntik rentan mengidap HIV/AIDS.
Seperti pengakuan dua ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dari Jatim bernama Indra (40) dan Yudha Novianto (39).
Indra, warga Jombang ini bercerita, sejak kecil dia punya orientasi seksual sesama jenis atau gay.
Dia benar-benar terjun sebagai homoseksual pada usia 19 tahun.
“Karena kurangnya pengetahuan tentang IMS dan HIV, saya kena penyakit gonorrhea pada 2000. Karena tak sembuh-sembuh, saya mulai sadar untuk seks aman dengan kondom,” katanya.
(Pemilik UMKM Kini Bisa Urus BPOM Produknya di Mal Pelayanan Publik Banyuwangi)
(Cerita ABK KM Gerbang Samudra I yang Terbakar, Dengar Teriakan hingga Terkena Sambaran Api)
Rentannya IMS untuk terjangkit HIV, membuatnya ikut tes HIV, dan ternyata positif.
Meski sempat kena infeksi lambung karena efek samping obat ARV, dia tetap rutin mengonsumsi sampai saat ini.
“Saya tetap konsumsi ARV dua kali sehari,” urainya.
Sedangkan Yudha, warga Surabaya, adalah pecandu narkoba sejak remaja, karena pengaruh lingkungan.
Kecanduan narkoba, dia lalu mencoba heroin lewat jarum suntik. Karena sudah ketagihan, dia rela memakai bekas jarum suntik dari tempat sampah.
“Pada 2005 sempat berusaha berhenti, tapi kesehatan drop. Ketika tes, ternyata kena AIDS stadium 4. Kondisi terus drop hingga opname di RSU dr Soetomo,” ujarnya.
Berkat motivasi ayahnya, semangat hidupnya bangkit dan berusaha sembuh dengan konsumsi ARV.
Sampai saat ini, kondisinya tetap stabil, dan memiliki satu anak yang tak kena AIDS.
“Yang penting berusaha hidup sehat,” pungkasnya.
Reporter: Surya/Sudharma Adi
(Ditanya Andhika Pratama Soal Isu Makan Teman, Syahrini Menjawab: Oh, Ngaku-ngaku Jadi Teman Kali)
(Dokter RSD Dr Soebandi Jember: Ibu dengan HIV Bisa Melahirkan Bayi Sehat Negatif HIV)