Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tim Ahli Kemendikbud Kaji Cagar Budaya Nasional di Banyuwangi

Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) berkunjung ke Banyuwangi. Mereka melakukan kajian terhadap sejumlah peninggalan cagar budaya yang ada di Banyuw

Penulis: Haorrahman | Editor: Yoni Iskandar
Surya/Haorrahman
Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) berkunjung ke Banyuwangi. Mereka mengunjungi Inggrisan yang dibangun Belanda pada abad 17,menjadi salah satu bangunan yang diusulkan menjadi cagar budaya nasional. 

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) berkunjung ke Banyuwangi. Mereka melakukan kajian terhadap sejumlah peninggalan cagar budaya yang ada di Banyuwangi.

Selama tiga hari 29 November hingga 1 Desember, Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) telah keliling mengunjungi sejumlah situs cagar budaya yang ada di Bumi Blambangan.

Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) memulai di tempat wisata adat Osing di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, situs Inggrisan di Kecamatan Banyuwangi, dan Ompak Songo, situs bersejarah kerajaan Blambangan yang terletak di Kecamatan Muncar.

Ketua Cagar Budaya Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Soeroso, mengatakan, tim ini beranggotakan lima belas ahli dari berbagai bidang ilmu, di antaranya ahli geologi, sejarah, geografi, arsitek, dan hukum.

Tim ini juga gabungan dari perwakilan direktorat purbakala dan sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

“Dalam rangka penetapan cagar budaya nasional, kami terus melakukan kajian terhadap situs cagar budaya di Indonesia. Kali ini, kami sengaja melakukannya di Banyuwangi,” ujar Soeroso kepada TribunJatim .

Menurut Soeroso, ada alasan khusus yang membuat mereka tertarik melakukan kajian di daerah ujung timur Pulau Jawa ini.

“Kami lihat Banyuwangi mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya melalui kebudayaan dan sejumlah destinasi wisatanya. Inilah yang membuat kami tergerak datang ke sini," kata Soeroso.

"Dari situ, kami ingin melihat potensi cagar budayanya, sekaligus mengkaji mana saja yang memilki kemungkinan untuk diangkat menjadi cagar budaya nasional. Cagar budaya tersebut dapat dimanfaatkan lebih besar lagi untuk peningkatan kesejahteraan warga Banyuwangi,” tambahnya.

Sebuah kawasan disebut sebagai cagar budaya karena memiliki keunikan peninggalan budaya dan sejarahnya.

Sempat Tersambar Api saat KM Gerbang Samudra I Terbakar, ABK: Keingat Anak Istri, Saya Bangun Lagi

Peninggalan cagar budaya, ada yang bersifat tangible (ragawi) dan intangible (non ragawi). Tangible seperti bangunan, benda, situs. Intangible di antaranya kesenian tradisional, tradisi rakyat.

Soeroso lalu menceritakan kesannya saat mengunjungi sejumlah situs di Banyuwangi yang merupakan peninggalan lama. Saat mengunjungi Inggrisan yang dibangun Belanda pada abad 17, rombongan ini langsung dibuat takjub. Karena bangunannya masih berdiri kokoh meski sudah berumur ratusan tahun.

“Ini menakjubkan. Kalau melihat kondisinya yang masih sebagus ini, saya kira ini bisa diusulkan menjadi cagar budaya nasional tahun 2019 nanti. Mudah-mudahan lolos,” tambahnya.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menyambut baik kedatangan tim ahli tersebut yang akan mengkaji potensi cagar budaya Banyuwangi.

“Seiring berjalannya waktu, banyak kasus cagar budaya yang mulai terpinggirkan bahkan hilang. Hal ini, disebabkan karena pembangunan yang kurang memperhatikan nilai-nilai sejarah dan budaya. Maka, dengan hadirnya tim cagar budaya ini, akan membawa manfaat besar terhadap pelestarian cagar budaya yang kami miliki,” kata Abdullah Azwar Anas kepada TribunJatim .

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved