Natal dan Tahun Baru
Mengintip Pelaksanaan Ibadah Natal di Gereja Kuno Suwaru Malang yang Dibangun Sejak Tahun 1817
Suasana ibadah misa Natal di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Suwaru, Pagelaran, Kabupaten Malang, berlangsung khidmat
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Suasana ibadah misa Natal di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Suwaru, Pagelaran, Kabupaten Malang, berlangsung khidmat, Selasa (25/12/2018).
Sejak pagi hari, jemaat yang merupakan warga setempat berbondong-bondong menempati kursi gereja.
Tampak para jemaat dengan khusyuk memanjatkan doa-doa, sembari mendengarkan khotbah dari sang pendeta.
Kondisi gereja saat itu terpantau padat.
• Merasakan Kedamaian di Pertapaan Karmel Poncokusomo Malang
• Ingin Jadi Pelatih, Kapten Arema FC Hamka Hamzah akan Ikut Kursus Kepelatihan Lisensi B AFC
Bahkan, jemaat sampai beribadah di luar gereja.
Ini dikarenakan kapasitas gereja yang tidak muat menampung banyaknya jemaat.
Sekitar 800 lebih jemaat mendatangi ibadah kali ini.
Sementara di bagian luar gereja, para petugas kepolisian, TNI dan Linmas setempat membantu pengamanan gereja saat pelaksanaan ibadah.
• Natal 2018, Dua Gereja di Malang Diamankan Gatot Kaca, Bumblebee hingga Captain America
• Bursa Transfer Liga 1 2019, Sandi Firmansyah Kiper Baru Arema FC?
Ditemui usai pelaksanaan ibadah, Pendeta Sungkana yang memimpin jalannya ibadah misa, menjelaskan, Natal kali ini mengambil tema 'Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita'.
Pada saat pelaksanaan ibadah, Pendeta Sungkana juga memimpin pelaksanaan Baptisan yang diperuntukkan bagi 17 anak.

"Tujuannya adalah untuk dibersihkan supaya tercatat menjadi anggota keluarga Allah. Dibasuhkan air sebagai simbol pembersihan. Semoga ke depan anak-anak ini menjadi anak yang bijak," terang Pendeta Sungkana usai makan bersama di gereja.
• Kapolda Jatim Irje Pol Luki Hermawan Tinjau Langsung Pengamanan Natal dan Tahun Baru di Kota Malang
Sembari berbincang, Pendeta Sungkana sedikit menjelaskan sejarah berdirinya GKJW Suwaru.
Ia menegaskan bahwa bangunan gereja tidak dibangun oleh bangsa kolonial yang kala itu menduduki Kabupaten Malang, termasuk wilayah Pagelaran.
"Yang membangun adalah warga Jawa setempat pada masa kolonial. Dibangun pada tahun 1817. Jadi bukan bangsa kolonial yang membangun," tandas Pendeta Sungkana.
Ornamen gereja memang kental aura bangunan era kolonial.
• Identik dengan Perayaan Natal, Ini Dia Sejarah Sinterklas, Legenda yang Terkenal di Daratan Amerika
• Changsub BTOB Curhat Sering Dibully Sungjae, Intip Tingkah Lucunya untuk Hentikan Ejekan Dongsaeng
Dari luar tampak jendela-jendela berukuran besar menghiasi tembok gereja.
Daun pintu gereja juga masih sangat klasik.
Pendeta Sungkana menuturkan, masih ada benda peninggalan gereja dari pertama kali dibangun, tersimpan dengan baik sampai sekarang.
"Ada peninggalan tuwung semacam cangkir sama taplak. Ini kursi-kursi peninggalan zaman dulu. Semua disimpan baik di almari," ujarnya sambil menujukkan kursi.
• Libur Natal 2018, Jumlah Pengunjung Delta Fishing Sidoarjo Mencapai 2.200, Didominasi Warga Surabaya
• Produksi Beras di Kabupaten Malang Surplus, Namun DKP Sebut Kualitas Panen Perlu Dibenahi
Pendeta Sungkana juga menceritakan terdapat giat bersih-bersih gereja rutin menjelang pelaksanaan Natal.
"Kebiasaan menjelang Natal ya bersih-bersih gereja, menyanyikan lagu-lagu rohani di rumah," ungkap pendeta yang pernah bertugas di Ampelgading, Peniwen, Kediri hingga Banyuwangi itu. (Erwin Wicaksono)