Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Senior PDIP Luwih Soepomo Meninggal Dunia, Pernah Jadi Saksi Perjuangan Partai di Era Orde Baru

Senior PDIP yang juga merupakan tokoh nasionalis Luwih Soepomo meninggal dunia Kamis (27/12/2018) pukul 04.00 WIB.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Sofyan Arif Candra
Luwih Soepomo (memegang mic) saat mengantar Puti Guntur Soekarno melihat prasasti jempol berdarah 

“Massa yang setia pada Ibu Megawati terus bertambah, makin besar dan bergelombang. Saat itu, kami disebut PDI Pro Mega atau Promeg. Nama ini menjadi pembeda dengan PDI Soerjadi,” kata Soepomo.

Di Kota Surabaya dan Jawa Timur, kata dia, pusat pergerakan PDI Pro Mega terletak di Posko Pandegiling.

“Yang memimpin Pak Tjip, Ketua DPD PDI Jawa Timur,” kata Soepomo.

Soepomo sendiri saat itu masih muda. Ia menjadi salah satu tokoh di Posko Pandegiling.

“Hampir tiap hari terjadi mimbar bebas. Ada massa. Ada orasi. Ada dapur umum,” kata Soepomo, yang juga mantan Ketua GPM (Gerakan Pemuda Marhaen) Kota Surabaya.

Masa-masa itu, dikenang Soepomo sebagai fase sulit nan panjang, yang menggembleng PDI Pro Mega.

Karena mereka hidup di bawah pengawasan dan tekanan keras militer dan birokrasi.

“Banyak teman ditangkapi, dipukul dan disiksa. Jika di Jakarta pecah Tragedi 27 Juli 1996 (Kudatuli), yang menelan banyak korban, di Kota Surabaya terjadi, Minggu 28 Juli 1996. Banyak korban ditangkap dan dipukuli,” kata Soepomo.

Soepomo sendiri sempat kena pukulan hingga telinganya berdarah dan pendengarannya menurun.

Di Posko Pandegiling pula, para eksponen dan warga PDI Pro Megawati melakukan cap jempol darah yang terjadi tahun 1996 dan 1999.

Kemudian, berlangsung lagi tahun 2004, saat Pemilihan Presiden.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved