Alasan Warga Tuban Tolak Pembangunan Kilang Minyak Pertamina Rosneft, di Antaranya Trauma Orba
Pemindahan lokasi tersebut karena warga masih alot melepas tanahnya untuk pembangunan kilang minyak Pertamina-Rosneft.
Penulis: M Sudarsono | Editor: Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Pihak Pertamina didampingi Pemkab Tuban dan Pemprov Jatim telah melakukan sosialisasi opsi pemindahan pembangunan kilang minyak, dari lokasi awal di Desa Remen dan Mentoso menjadi di Desa Wadung, Sumurgeneng, Kaliuntu dan Rawasan, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Pemindahan lokasi tersebut karena warga masih alot melepas tanahnya untuk pembangunan kilang minyak Pertamina-Rosneft.
Namun, di lokasi pembangunan baru ini, perusahaan berplat merah juga masih mendapat penolakan keras dari warga.
Alasannya bermacam-macam, di antaranya trauma orde baru yang masih menyelimuti.
• Opsi Pindah Tempat, Kilang Pertamina-Rosneft Kembali Mendapat Penolakan Warga Tuban
Disampaikan Kades Wadung, Sasmito, kebanyakan perusahaan besar yang dibangun di desa tidak banyak memberikan dampak positif.
Selain itu, lahan produktif pertanian warga juga nantinya banyak yang berkurang ketika perusahaan berdiri.
"Kebanyakan saat perusahaan berdiri yang ada polusi dan lahan produktif warga berkurang, itu alasan kenapa warga menolak," ujarnya, Rabu (9/1/2019).
Bahkan Sasmito menambahkan, jika warga juga sudah trauma atas kejadian tahun 1986, saat berlangsungnya masa orde baru.
Pada masa kepemimpinan Soeharto, kata Sasmito, Desa Wadung kehilangan satu Dusun yaitu Mblarak, karena lahan seluas sekitar 226 hektar dirampas untuk suatu kebutuhan, namun secara administrasi pembayaran diselesaikan.
• Lahan Warga Remen dan Mentoso Alot Dilepas Untuk Kilang Minyak, Pertamina Opsikan Pindah Lokasi
Biasanya perusahaan besar juga menjadikan warga sekitar hanya sebagai tenaga kasar, sedangkan untuk operator dan lain-lain diisi orang luar.
"Saya merasakan bagaimana yang dialami warga pada waktu orde baru, makanya mereka menolak," terang Sasminto.
Warga lain, Su'udi juga menyatakan hal sama.
Dia menegaskan tidak akan menjual lahannya untuk proyek kilang minyak Pertamina-Rosneft.
Menurutnya, semua perusahaan sama, sebelum berdiri dan beroperasi akan berjanji manis kepada masyarakat sekitar.
"Wadung tidak dijual, kita menolak pembangunan minyak sepenuh hati," pungkasnya.
• Kilang Minyak Akan Dibangun di Tuban, Warga Masih Tolak Bebas Lahan, Pertamina Pakai Opsi Reklamasi
Sementara itu, Manager Communication & CSR Marketing Operation Unit Pertamina Region (MOR) V, Rustam Aji menyatakan, pihaknya meyakini adanya penolakan warga merupakan dinamika dalam pembangunan suatu proyek.
Pertamina akan tetap berusaha melakukan upaya agar apa yang dibutuhkan dalam proyek antara Indonesia dan Rusia itu bisa terwujud.
"Semua ini merupakan dinamika, kita mengerti akan hal itu. Kita akan tetap berusaha," ucap Rustam.
Diketahui, di opsi lokasi pembangunan kilang minyak yang baru ini membutuhkan lahan sekitar 841 hektar, rinciannya lahan KLHK 348 hektar, dan lahan warga 493 hektar.
Sedangkan di lahan sebelumnya, di Desa Remen dan Mentoso, membutuhkan lahan 548 hektar, rinciannya lahan KLHK 348 hektar, dan lahan warga sekitar 200 hektar lebih yang tak kunjung selesai pembebasannya.(nok)