Rumah Politik Jatim
Golkar Jatim: Kami Punya Bekal Kinerja Positif Para Legislator Golkar
Partai Golkar masih cukup optimistis dapat meraih hasil positif pada pemilu serentak mendatang.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Partai Golkar masih cukup optimistis dapat meraih hasil positif pada pemilu serentak mendatang.
Optimisme ini didasarkan pada respon positif masyarakat terhadap para kader partai berlambang beringin ini yang kini telah duduk di kursi parlemen.
Hal ini dikatakan oleh Ketua Harian Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Jawa Timur, Freddy Poernomo.
”Silakan lihat kinerja anggota Dewan dari Golkar selama ini,” kata Freddy kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Jumat (11/1/2018).
Sebagai partai yang mengutamakan kader, Golkar sukses merekrut para profesional untuk bergabung di partai dengan nomor urut 4 ini.
”Golkar dibentuk untuk mengakomodir kelompok profesional. Golongan profesional ini sebenarnya masih dimiliki oleh Golkar hingga saat ini,” kata Freddy yang juga ahli hukum lulusan Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.
Ketua Komisi A DPRD Jatim ini lantas menyebut bahwa keunggulan tersebut tak dimiliki oleh partai lain.
• Vanessa Angel oleh Sang Adik Disebut Tulang Punggung Keluarga, Neneknya Bongkar Fakta Lain
• Sosok 2 Finalis Puteri Indonesia yang Sudah Dipecat 2 Tahun Lalu, Apa Penyebabnya?
• Agnez Mo Ketemu Presiden Jokowi, Obrolkan Soal Mimpi dan Anak Muda
”Karena kekaryaan, Golkar menjadi kelompok profesional. Ilmu yang dimiliki oleh para kader lantas diamalkan dengan penuh dedikasi,” tegas pria yang menjadi pimpinan di Komisi yang membidangi urusan pemerintahan negeri ini.
Dengan keilmuan yang dimiliki, membuat 11 legislator Golkar yang saat ini duduk di kursi DPRD Jatim mudah dalam membuat terobosan sesuai dengan dengan aspirasi dari masyarakat.
”Seorang praktisi yang bergerak di politik, memang harus mampu membuat terobosan,” tegasnya kepada Tribunjatim.com.
Sebagai seorang wakil rakyat, kader Golkar dibekali juga komitmen untuk memberikan pengabdian sebaik-baiknya.
”Apa yang dicari sebagai Anggota DPRD selain pengabdian? Istilahnya, (ketika menjadi anggota dewan) jangan kemlinthi (sombong),” jelasnya kepada Tribunjatim.com.
Tak hanya dibekali dengan keilmuan para kadernya, kader Golkar juga menerapkan prinsip akuntabilitas, integritas, loyalitas dan dedikasi.
”Yang paling penting, Golkar harus dekat dengan masyarakat. Kita bangun dengan integritas diri kita sendiri. Bukan sekadar jual muka,” tandasnya.
Dengan berbagai bukti nyata anggota Dewan tersebut, Golkar diyakini akan tetap memiliki pemilih-pemilih loyal yang akan membantu peningkatan suara di pileg nanti. ”Golkar adalah kelompok kekaryaan. Itu yang harus digarisbawahi,” tegasnya.
Berdasarkan survei Surabaya Survei Centre (SSC) yang dilaksanakan Desember silam, Golkar masih berada di peringkat kelima (5,8 persen) dari 16 partai politik peserta pemilu 2019. Golkar tertinggal dari PDIP (24,2 persen), PKB (21,2 persen), Gerindra (13,2 persen, dan Demokrat (8,6 persen) yang berada di urutan empat besar teratas.
Pada pemilu serentak mendatang, Golkar akan mengusung Calon Presiden-Wakil Presiden, Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin. Meskipun Jokowi-Ma’ruf berhasil unggul atas rivalnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, nyatanya Golkar dinilai tak akan banyak mendapat coattail effect.
Survei SSC menunjukkan bahwa efek ekor jas (coattail effect) di pemilihan presiden nampaknya juga belum diharapkan untuk memberi hasil maksimal terhadap partai pengusung.
Diperkirakan, hanya dua partai pengusung utama di Pilpres 2019 yakni PDIP dan Gerindra meraih dampak cukup signifikan.
Direktur SSC, Mochtar W Oetomo memaparkan jika dari 100 persen responden, hanya sekitar 22,2 persen responden menyatakan akan memilih partai pengusung serta pendukung dari paslon Pilpres yang mereka pilih. “Sementara 48,8 persen mengaku belum pasti apakah pilihan mereka akan berkesinambungan (pilpres dan pilihan partai). Sementara 29 persen lainnya masih tidak tahu atau tidak menjawab,” jelasnya.
Fenomena ini, menurut Mochtar, menjadikan partai-partai politik perlu sedikit kerja keras. Faktor figur dari Capres maupun Cawapres yang mereka usung tidak bisa serta merta untuk diharapkan memberi dampak.
“Elit-elit partai harus mampu membangun narasi positif di tengah masyarakat. Harap diingat, mayoritas masyarakat juga sudah jengah terkait ujaran kebencian atau negative campaign. Perlu adanya gagasan positif yang dilontarkan para partai untuk bisa meraih kepercayaan masyarakat,” pungkas Mochtar. (bob/TribunJatim.com).